Sabtu, 11 Juni 2011

penyakit Jantung koroner dan resiko stroke

WASPADALAH !
PENYAKIT JANTUNG KORONER MENGINTAI ANDA
MAKALAH PATOFISIOLOGI
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2011

PENDAHULUAN


Jantung adalah organ yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Karena itu bila seseorang

manusia mempunyai masalah dengan penyakit jantung, akibat yang paling sering terjadi adalah kematian. Dan statistikpun membuktikan bahwa penyakit jantung sudah menduduki jenjang tertinggi sebagai penyebab kematian di Indonesia. Hasil analisa survai kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1986, serangan jantung masih menempati posisi ke-3 sebagai penyebab kematian setelah infeksi saluran nafas dan diare. Bahkan tahun 1972 saja posisinya masih di urutan ke-11. Begitu cepat pertambahan angka serangan jantung di Indonesia
Penyakit jantung dan stroke merupakan penyakit yang mematikan. Diseluruh dunia penderita penyakit ini terus berkembang dengan pesat. Penyakit ini penyebabnya tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat dan diperburuk dengan kebiasaan merokok, mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stress dan kurang istirahat.
Banyak serangan jantung dapat dicegah melalui perhatian terhadap penyebab-penyebab yang telah diketahui atau faktor-faktor resikonya. Jika Anda mengalami sebuah serangan jantung tindakan yang harus dilakukan adalah memeriksakan ke rumah sakit atau di unit perawatan jantung pada sebuah rumah sakit modern.
Dalam makalah ini penulis membahas secara ringkas tapi padat tentang hal-hal yang berhubungan dengan serangan jantung secara komprehensif. Bahasan dalam buku ini dimulai bab I yang membahas pengenalan organ jantung dan sistem peredaran darah manusia. Pada bab II akan dibahas tentang penyakit jantung, serangan jantung, stroke dan faktor-faktor resikonya. Selanjutnya pada bab III membahas bagaimana pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk pendeteksian dan pemantauan. Di penghujung makalah penulis menyajikan bagaimana pencegahan untuk penyakit ini.


BAB I
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH


A. Jantung

1. Struktur dan Fungsi Jantung
Dalam rongga jantung terdapat dinding sekat yang memisahkan ruang-ruang dalam rongga tersebut menjadi bilik-bilik dan serami-serambi. Dinding jantung memiliki lapisan utama yang berupa otot yang kuat dan tebal, yang diebut myocardium.
Pada dasarnya jantung adalah alat tubuh yang berfungsi untuk mempompa darah, otot jantung terbentuk dari serabut-serabut otot yang dilengkapi jaringan saraf yang secara teratur dan harmonis memberi rangsangan berdenyut bagi jantung. Dengan denyut ini jantung memompa darah yag kaya akan oksigen dan zat makanan keseluruh tubuh termasuk arteri koroner, serta darah yang kurang
oksigen ke paru-paru untuk mengambil oksigen. 





2. Prestasi Jantung
Jantung normal berdenyut 70 kali per menit, dan tiap menit memompa 60cc darah ke pembuluh nadi dengan tekanan sampai 130 mmHg, berarti setiap hari jantung berdenyut 100.800 kali, dan memompa 6.480 liter. Prestasi kerja jantung dapat meningkat 2 sampai 5 kali dalam keadaan bekerja fisik atau olahraga.

3. Bagian-bagian Jantung
a. Dinding jantung, merupakan dinding yang memiliki otot-otot yang kuat dan jaringan pembuluh darah arteri koroner yang mensuplai oksigen dan nutrisi
b. Atrium dextra dan sinistra, dan Ventrikal dextra dan sinistra.
c. Empat buah klep, diantaranya : dua klep menghubugkan serambi dan bilik kiri (tricuspi dan mitral) sedangkan dua buah lain yang mengatur aliran daarah keluar jantung dari bilik-biik kiri dan kanan
d. Satu sistem listrik yang terdiri dari ipul-impul inotrial noe dan atriovntricular node serta serabut saraf.

4. Proses Memompa Darah
Proses pemompaan darah sehingga darah bersirkulasi ke tubuh dan paru-paru mengikuti urutan berikut :
Pada saat jantung relax (diastole), darah yang kurang oksigem dari vena tubuh mengalir ke serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah yang kaya oksigen dari paru-paru.
Pusat listrik (node) yang ada di dalam serambi kanan menembakkan impuls listrik yang menyebabkan kadua serambi berkerut secara serempak. Pada saat yang sama, katup-katup di antara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah mengalir ke dalam bilik.
Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari node yang lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. ini mendorong darah yang kurang oksigen dari bilik kanan ke dalam paru-paru. Daerah yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak ke dalam arteri utama yang disebut “aorta” dan dari sini darah disebarkan ke seluruh bagian tubuh. Klep-klep tertutup untuk menjamin tidak adanya alir-balik ke dalam serambi. Setelah pengerutan bilik, jantung mengendur memungkinkan serambi terisi darah dan proses sirkulasi dimulai kembali. Urutan kejadian ini berlangsung kira-kira 60-70 kali permenit bila tubuh sedang beristirahat.


B. Pembuluh Darah
Darah mengalir melalui berbagai saluran pembuluh drah yang disebut arteri, vena, dan kapiler. Arteri bermula dari bilik kiri dan disebut aorta, suatu pembuluh darah berdinding tebal dengan diameter sekitar 1 inci. Aorta ini bercabang menjadi arteri yang lebih kecil dan makin jauh semakin kecil an sempit, dan akhirnya berupa pembuluh darah, seperti rambut yang tidak nampak dengan mata telanjang yang disebut kapiler. Kapiler merupakan sarana yang digunakan untuk memasukkan oksigen dan gizi ke dalam jaringan tubuh dan menukar sisa buangan dari jaringan tersebut, yang kemudian masuk ke pembuluh vena, dimana darah yang kurang okigen dan nutrisi mengalir kembali ke jantung.
Arteri dan vena berbeda konstruksinya dan ini mencerminkan perbedaan fungsi. Arteri mempunyai tiga lapisan seperti selang kaaret. Permukaan lapisan dalamna haus dan licin sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Lapisan luarnya yang liat melndungi pembuluh bagian dalam yag membawa darah.
Lapisan tengahnya yang merupakan cincin otot yang memiiki keuatan untukmengkerut dan mengembang dibawah pengaruh syaraf tertentu. Ketika arteri mengkerut, tekanan pun meningkat dan ketika arteri relaks, tekanan turun. Sifat elastis ini sangat penting dalam mengendalikan tekanan darah. Sifat tersebut akan berkurang jika terjadi penimbunan kolesterol,, lemak, dan material yang membentuk aschlerosis atau plak. Lapisan arteri bagian dalam sangat halus sehingga darah bisa mengalir dengan mudah. Arteri harus tahan terhadap tekanan yang tinggi, oleh karena itu arteri harus berdinding tebal daan berotot.
Karena vena tidak mendapat tekanan yang tinggi ini, maka vena tidak perlu berkonstruksi seemikian kuat. dengan demikian, vena berdinding relatif tipis.

1. Pembuluh Arteri Koroner
Setiap organ atau jaringan lainnya dalam tubuh, jantung memerlukan suplai darah yang cukup untuk memperoleh oksigen dan zat gizi langsung dari darah di ruang tersebut. Otot jsntung menerima suplai darah melalui arteri koroner. Karena beban kerjanya yang berat, otot jantung memerlukan suplai darah dalam jumlah relatif besar. Saat istirahat, aliran darah melalui arteri koroner kira-kira 225 ml per menit. Jumlah ini adalah 4-5% dari total darah yang dipompa oleh jantung, sekalipun jantung itu berbobot kurang dari 1% berat badan tubuh.



2. Lokasi Arteri
Arteri koroner berawal dari pokok aorta persis di atas klep aorta, melingkari puncak dan bercabang menuju ke bagian bawah seperti sebuah mahkota. Arteri koroner mempunyai banyak cabang seperti sebuah pohon. Batang dan cabang-cabang arteri yang besar terdapat di sepanjang permukaan sebelah luar jantung. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus ke dalam otot jantung untuk membawa darah ke sel-sel myocardium seperti terlihat pada gambar dibawah ini.Arteri yang lebih kecil bercabang bahkan ke dalam pembulul yang lebih kapiler. Sedangkan titik dimana okseigen Dan zat gizi ditukar produk limbah.

3. Struktur Arteri Koroner
Seperti arteri lain dalam tubuh, arteri koroner mempunyai tiga lapisan,. Lapisan otot(media), dan lapisan luar (adventitia). Permukaan pembuluh darah bagian dalam dilapisi dengan bagian sel –sel yang disebut endothelium. Rongga (saluran) didalam pembuluh dimana darah mengalir dinamakan lumen

C. Sistem Peredaran Darah Dalam Manusia

1. Sistem Peredaran Darah Kecil
Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen meningkat menjadi kira-kira 96% serta CO2 menurun. Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-paru berlangsung khususnya dalam dalam gelembung-gelembung paru-paru yang halus dan berdinding sangat tipis dimana gas oksigen dari udara disadap oleh kmponen sel darah merah. Adapun gas CO2 yang dikeluarkan sebagian melalui udara pernafasan.
Dengan demikian darah yang memasuki serambi kanan dikatakan darah kotor kurang oksigen dan darah oksigen, sedangkan darah yang memasuki serambi kiri disebut sebagai darah bersih kaya oksigen, darah yang memasuki jantung kanan ini penuh dengan zat makanan yang disalurkan dari hasil penyerapan melalui usus dan hati.

2. Sistem Sirkulasi Darah Besar
Darah kaya oksigen dari serambi kiri memasuki bilik kiri melalui klep mitral, untuk kemudian dipompakan keseluruh tubuh manusia dan membawakan zat oksigen serta bahan makanan yang diperlukan oleh segenap sel-sel dari alat-alat tubuh. Darah ini dipompakan ke luar dari bilik kiri melewati klep aorta serta memasuki pembuluh nadi utama dan selanjutnya melalui cabang-cabang pembuluh ini disalurkan ke seluruh bagian tubuh.

3. Sistem Sirkulasi Darah Koroner
Melalui sistem peredaran darah koroner ini otot jantung mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya. Dari sini terlihat bahwa bila pembuluh arteri koroner terganggu, misalnya adanya plak (kolesterol, lemak, kalsium, dan lain lain), maka aliran darah ke otot jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat bekerja maksimal.

BAB II
PENYAKIT JANTUNG KORONER, SERANGAN JANTUNG, DAN STROKE

A. Penyempitan Ateri Korona
Dengan tubuh yang semakin tua, dan memburuk oleh berbagai faktor resiko seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan konsentrasi kolestrol darah yang abnormal, pembuluh menjadi usang, dan pembuluh arteri koroner menjadi sempit dan tersumbat persis seperti karatan pada korosi pipa air.
Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh pengendapan kolestrol, kalsium, dan endapan lemak berwarna kuning dikenal sebagai aterosklerosis. Bila terdapat kekurangan aliran darah ke otot jantung karena penyempitan, maka kondisi ini dikenal debagai iskemik. Proses ini mulai sewaktu usia muda dan berkembang pada tingkat individual yang berbeda-beda sesuai hadirnya “faktor-faktor resiko”. Penyakit Jantung Iskemik biasanya mulai nampak pada umur setengah tua ketika urat nadi koroner mulai tersumbat sehingga suplai darah tidak cukup untuk memenuhi keperluan otot jantung
Di samping itu, dinding pembuluh arteri koroner oleh suatu sebab dapat berkerut (spasm) dengan akibat menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.





Angina Pectoralis
Jika ada beban extra yang dialami jantung akan menyebabkan dada sakit, dan istilah ini dikenal sebagai Angina Pectoralis. Bila beban jantung dikurangi, rasa sakit itu hilang. Sakit angina yang khas yaitu sesak nafas di tengah dada yang bisa menyebar sampai ke leher dan rahang, pundak kiri atau kanan, lengan dan bahkan sampai punggung.
Angina merupakan tanda (simptom) atau peringatan bahwa terjadi penyempitan urat nadi koroner yang mengakibatkan suplai darah tidak cukup ke otot jantung pada waktu upaya extra seperti tersebut di atas. Tetapi, tidak semua nyeri seperti di atas selalu disebabkan oleh angina, mungkin juga oleh penyakit cardiac neurosis.

B. Serangan Jantung (Myocard Infarction)
Apabila aliran darah di dalam urat nadi koroner itu terhalang secara total, maka bagian otot jantung yang bersangkutan mengalami kerusakan san ini dikenal sebagai “serangan jantung akut” atau acute myocardial infarction (AMI). AMI umumnya disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya plak lemak aterosklerosis pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik lemah dari arteri tersebut, gumpalan terbentuk dengan cepat yang mengakibatkan hambatan (oklusi) arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar sampai lengan atau leher. Sakit dada itu diikuti dengan keringat dan napas pendek. Untuk mengetahui adanya okulasi diadakan suatu tindakan untuk membuka kembali saluran yang buntu menggunakan obat tertentu yang mampu melarutkan gumpalan yang menyumbat.

C. Stroke
Terdapat banyak pembuluh arteri dan cabang-cabangnya mensuplai darah ke otak. Setiap arteri mensuplai area yang spesifik dari otak, dan beberapa area tersebut mendapatkan suplai lebih dari satu pembuluh arteri. Kekurangan darah segar yang disebabkan oleh gangguan, misal terdapatnya timbunan plak atau pecahnya arteri dapat menimbulkan stroke. Dengan kata lain, stroke adalah gangguan suplai darah pada sebagian otak. Tidak ada bagian dari badan dapat bertahan hidup bila ada gangguan pada suplai darah dalam jangka waktu yang lama karena darah membawa oksigen dan bahan makanan lain untuk kehidupan, tetapi otak sangatlah peka, bila ada gangguan fungsi otak, akan tampak tingkah laku dan gerakan orang yang bersangkutan.

1. Jenis Stroke
a. Stroke Iskemik
Bila suplai darah ke otak kurang, akan terjadi iskemik dan sel-sel yang kekurangan oksigen akan tidak berfungsi seara sempurna.
Serangan iskemik ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack) menyebabkan sel-sel otak berhenti melakukan fungsi normalnya selama beberapa menit, sampai paling lama 24jam. Bila jumlah darah yang membawa oksigen dan zat-zat makanan normal kembali melalui pembuluh-pembuluh darah, sel-sel tadi mulai segar kembali dan fungsi badan dalam waktu singkat dapat menjadi baik lagi. Stroke adalah bentuk extrem dari iskemik yang menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih yang disebut infark otak.
Penyebab stroke iskemik yaitu adanya aterosklerosis, tetapi pembentukan plak yang menyebabkan stroke iskemik berada dalam dinding pembuluh darah arteri di leher dan kepala, dan bila terjadi di pembuluh koroner menyebabkan penyakit jantung koroner.
Stroke iskemik dapat dibedakan menjadi trombotik dan embolik. Darah yang menggumpal (clotting) di dalam pembuluh arteri di otak dapat menyebabkan stroke trombolik. Sedangkan fragmen plak yang berjalan-jalan dari jantung atau arteri lain yang mengarah ke otak, dapat menyebabkan stroke embolik. Karena itu, seseorang dengan penyakit jantung koroner resiko mengalami stroke meningkat karena embolus yang berasal dari jantung yang kurang berfungsi dengan baik terbawa aliran darah ke otak.

b. Stroke Hemoragi
Stroke ini disebabkan adanya pendarahan yang terjadi bila arteri di otak pecah, darah tumpah ke otak atau rongga antara permukaan luar otak dan tengkorak. Ada beberapa penyebab stroke hemoragi. Srtoke hemoragi khususnya terjadi pada mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi.
Stroke hemoragi besar kemungkinannya untuk menjadi fatal. Tidak hanya pecah pembuluh darah arteri, tetapi juga akan menekan otak dan menyebabkan jaringan otak membengkak.



2. Akibat yang Dapat Ditimbulkan
Kelumpuhan bagian kanan jika stroke telah merusak bagian kiri otak, dan sebaliknya. Ciri-ciri mereka yang mengalami kerusakan otak bagian kiri antara lain mengalami kesulitan bicara. Perilakunya juga berubah, menjadi pencuriga, khawatir, dan kacau bila dicoba melakukan perintah-perintah tertentu. Sedangkan mereka yang mengalami kerusakan otak bagian kanan mengalami kemunduran persepsi terhadap ruang, jarak, ukuran, posisi, kecepatan gerak, dan bentuk.

3. Tanda-tanda Stroke
 Kehilangan rasa atau kelemahan pada muka, bahu, atau kaki terutama bila hanya terjadi pada separo tubuh
 Merasa bingung, kesulitan bicara dan penangkapan pengertian.
 Kesulitan melihat pada sebelah mata atau keduanya
 Tiba-tiba sulit berjalan, pusing, dan kehilangan keseimbangan atau koordinasi
 Sakit kepala yang amat jelas tanpa diketahui sebab-sebab yang jelas
Bila anda memiliki tanda-tanda tersebut, segeralah menghubungi dokter untuk mendapat pertolongan.

D. Penyakit Lain Pada Sistem Kardiovaskuler
1. Aritmia
Denyut jantung abnormal karena masalah listrik jantung yang mungkin debar jantung terlalu cepat (takikardi) ataupun debar jantung terlalu lambat (bradikardia)
a. Takikardia
Ditandai dengan denyut jantung melebihi 100 bpm. Dan tempat permulaan takikardia dapat saja di pusat sistem konduksi atau di otot rongga jantung. Terdapat 2 jenis takikardia, yaitu :

1) Takikardia Ventrikular
Denyut jantung melebihi 100/menit, yaitu diawali pada otot ventrikal. Peristiwa elektris pada jantung masih muncul secara relatif sinkron tetapi terjadi di luar jalur penghantar normal.



2) Fabrilasi Ventricular
Tempat permulaan pada ventrikal. Peristiwa elektris tidak teratur dan tidak sinkron, dan karena itulah jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif.

b. Bradikardia
Denyut jantung pasien kurang dari 50 bpm. Hal ini terjadi bila pusat permulaan dan serat konduksi dari dari aktivitas elektris pada sistem konduksi rusak, misalnya akibat serangan jantung.

2. Kegagalan Jantung (Sudden Cardiac Death)
Jantung mendadak berhenti. Sering juga disebut cardiac arrest. Penyebab yang paling sering adalah detak jantung tertalu cepat atau iramanya tidak teratur. Kegagalan jantung seperti ini dapat ditolong bila pasien mendapat pertolongan dalam beberapa menit misalnya defibrillation yaitu pemakaian “arus listrik” untuk dapat kembali ke irama normal.

3. Tindakan Yang Harus Diambil
Masyarakat umum atau orang awam sering kali sulit membedakan tanda-tanda penyakit jantung. Padahal setiap macam penyakit memerlukan tindakan segera. Tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Tindakan A
Segera mencari pertolongan. Tanda-tanda tersebut adalah gejala dini dari serangan jantung. Bila kejadiannya berulang-ulang jangan ditunda-tunda untuk mendapatkan pertolongan yang cepat, misalnya menghubungi bagian emergency suatu rumah sakit.

b. Tindakan B
Segera menemui dokter atau ke rumah sakit, terutama bila belum pernah mengalaminya. Dokter mungkin akan meneliti kemungkinan pasien menderita angina pectoris.
c. Tindakan C
Pergi ke dokter atau bagian emergency rumah sakit, bila dirasakan adanya kenaikan nadi secara tiba-tiba dari normal ke nadi yang tinggi atau adanya irama yang tidak teratur. Tindakan harus diambil secara cepat bila dirasakan pula adanya sakit dada atau mau muntah. Tanda-tanda di atas kemungkinan menunjukkan terjadinya gangguan listrik pada jantung yang mengarah ke aritmia.

d. Tindakan D
Segera menemui dokter atau ke rumah sakit. Kemungkinan ini adalah peringatan adanya stroke. Jangan diabaikan tanda-tanda ini meskipun hanya beberapa menit.
e. Ringkasan Bab II
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai garis besar sebab dan akibat pengendapan kolesterol dan lemak di pembuluh arteri, Dr. Chandra Patel dalam bukunya Fighting Heart Disease (1995), membuat skema seperti yang tertera. Pengendapan tersebut di atas terutama disebabkan oleh kadar kolesterol dan lemak darah yang abnormal, artinya kadar yang jelek terlalu tinggi dan kadar yang baik terlalu rendah. Dari gambar di bawah terlihat bahwa hal tersebut berawal dari adanya faktor-faktor risiko yang terdiri dari keturunan (heredety) dan ”environment”. Adapun akibat pengendapan kolesterol dan lemak di arteri secara potensial dapat menyebabkan PJK, serangan jantung (MI), stroke, gagal jantung, aritmia, dan angina pectoris.
BAB III
FAKTOR RISIKO PJK DAN STROKE

A. Faktor Risiko PJK
Pola hidup atau tingkah laku seseorang memegang peran yang amat penting. Dalam hubungan ini dikenal adanya “faktor risiko PJK” yaitu kondisi yang berkaitan dengan meningkatnya risiko timbulnya PJK. Menurut “American Heart Association”, faktor risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu:
• Faktor Risiko Utama, yaitu faktor risiko yang diyakini secara langsung meningkatnya risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang abnormal, tekanan darah tinggi atau hipertensi dan merokok.
• Faktor Risiko Tidak Langsung, yaitu faktor risiko yang dapat di “asosiasikan” dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan PJK sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini adalah Diabetes Melitus, kegemukan, tidak aktif dan stres.
• Faktor Risiko Alami. Jenis ini terdiri dari keturunan, jender dan usia.
Faktor risiko utama dan faktor risiko tidak langsung merupakan faktor risiko yang dapat diperbaiki atau bahkan dihilangkan, sedangkan faktor risiko alami merupakan faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ada kalanya faktor risiko yng satu mendorong timbulnya risiko yang lain, seperti merokok dapat menyebabkan kadar kolesterol yang abnormal.
1. Kolesterol dan Trigliserida

a. Kolesterol
Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi, antara lain membuat hormon seks, adrenal, membentuk dinding sel dan lain-lain. Karena demikian pentingnya fungsi kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati.
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol lebih dari apa yang diperlukan. Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai diatas angka normal yang diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherosclerosis. Seperti telah dijelaskan di awal, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung.

b. Trigliserida
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Dari sudut ilmu kimia, trigliserida merupakan substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Lemak yang berasal dari buah-buahan seperti kelapa, durian dan alpukat tidak mengandung kolesterol tetapi kadar trigliseridanya tinggi. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makan lemak, makan gula biasa (glukosa) dan minum alkohol.

c. Profil Lemak
Terdapat banyak lipoprotein, namun dalam rangka evaluasi terjadinya atherosclerosis yang dapat memicu timbulnya PJK, sebagai langkah pertama para dokter umumnya ingin mengetahui profil lemak yang terdiri dari Total Kolesterol, LDL, HDL, dan Trigliserida.
• LDL (Low Density Lipoprotein), yang mengangkut paling banyak kolesterol di dalam darah. LDL dinamakan kolesterol jahat, karena kadar LDL yang menyebabkan mengendapnya kolesterol dalam arteri.
• HDL (High Density Lipoprotein), mengangkut kolesterol lebih sedikit. HDL sering disebut kolesterol baik, karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang.
• VLDL (Very Low Density Lipoprotein), membawa sebagian besar trigliserida dalam darah. Pada proses selanjutnya sebagian VLDL berubah menjadi LDL.
• Trigliserida, jenis lemak dalam darah yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol.

d. Memeriksa Kadar Unsur-Unsur Profil Lemak
Untuk mengetahui kadar total kolesterol, HDL dan trigliserda dalam darah dapat diperoleh dengan tes di laboratorium setelah puasa ±10 jam. Adapun LDL diestimasi memakai rumus yang disusun oleh Dr.Fridewald, Dr.Levy dan Dr.Fredrikson, sebagai berikut:

 Total Kolesterol = LDL + HDL + VLDL
 VLDL = (1/5)(Trigliserida)
 LDL = Total Kolesterol – HDL – (1/5)(Trigliserida)

2. Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi

a. Tanda-tanda dan jenis hipertensi

1) Tanda-tanda
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Cara yang tepat untuk menyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Bila hipertensi sudah mencapai taraf lanjut yang berarti telah berlangsung beberapa tahun akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur dan menganggu tidurnya.

2) Jenis dan sebab hipertensi
Sebagian besar kasus hipertensi tidak dapat disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stres, kegemukan, terlalu banyak makan garam dan kurang gerak badan. Ini disebut hipertensi esensial. Jenis lain adalah hipertensi sekunder yaitu kenaikan tekanan darah yang kronis terjadi akibat penyakit lain seperti kerusakan ginjal, tumor dan lain-lain.

3) Tekanan dan sirkulasi darah
Tekanan yang dihasilkan pada puncak kontraksi disebut tekanan sistolik. Ketika jantung itu mengendor, tekanan pada pembuluh darah jatuh ke level yang lebih rendah, ini disebut tekanan diastolik. Karena itu, tekanan darah dinyatakan sebagai rasio dari tekanan sisitolik terhadap tekanan diastolik, misalnya 120/80.

b. Akibat hipertensi

1) Kerusakan pembuluh darah, hipertensi mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner. Hal ini meningkatkan resistensi pada aliran darah yang dapat menambah naiknya tekanan darah.
2) Pembesaran dan kegagalan jantung, kegagalan jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
3) Stroke, terganggunya aliran darah di pembuluh arteri yang menuju ke otak.

c. Kriteria hipertensi

d. Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang dewasa sebagai berikut:
Sistolik Diastolik Keterangan
<130 <85 normal 131-159 86-99 hipertensi ringan 160-179 100-109 hipertensi sedang 180-209 110-119 hipertensi berat >210 >120 hipertensi sangat berat



3. Merokok

a. Merokok dan PJK
 Asap rokok mengandung nikotin yang merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
 Asap rokok mengandung karbon mono-oksida (CO) yang dapat menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung.
 Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit di dada yang dapat memberi signal adanya sakit jantung.

b. Hubungan merokok dengan kolesterol
 Merokok menurunkan kadar HDL dalam darah, yang berarti meningkatkan risiko PJK.
 Perempuan yang merokok mengalami penurunan HDL lebih banyak dibanding laki-laki.

4. Diabetes Melitus

a. Diabetes dan PJK
Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap PJK yaitu, bila kadar glukosa darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner.
 Serangan jantung diam-diam, bila serangan jantung terjadi si penderita tidak begitu merasa adanya sakit dada yang hebat seperti yang dialami seseorang tanpa diabetes, sehingga pasien tidak terdorong untuk meminta pertolongan medis secara cepat.
 Kerusakan artherioles, bila kadar gula darah selalu tinggi, kerusakan dapat terjadi pada pembuluh darah yang kecil yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.


b. Pengendalian diabetes
 Memeriksa kadar glukosa darah dan urine secara rutin
 Melaksanakan diet yang tepat
 Latihan atau olahraga teratur dengan intensitas tertentu
 Gunakan obat anti diabetes (oral) atau insulin (disuntikkan)
Metode pengendalian
 Pemeriksaan kadar glukosa darah dan urine puasa serta kadar glukosa darah dan urine 2 jam setelah selesai makan,
Sesudah puasa 10 jam : 80-120mg/dl
2 jam sesudah makan : <130mg/dl Acak (random) : 130-10mg/dl Mencegah terjadinya hipoglikemia : >49mg/dl
 Pemeriksaan urine
 Pemeriksaan kadar HbA1C (glikohemoglobin), yang mampu menggambarkan kadar glukosa rata-rata dalm jangka waktu 1-3 bulan sebelumnya, yaitu sesuai dengan umur sel-sel darah merah.
HbA1C antara 4-6 berarti baik
HbA1C antara 6-8 berarti sedang
HbA1C antara >8 berarti jelek

5. Kegemukan dan Kurang Aktivitas

a. Penyebab kegemukan
 Kelebihan makanan
 Kekurangan aktivitas fisik dan kemudahan hidup
 Faktor psikologis dan genetik

b. Komplikasi dari kegemukan
Berbagai penelitian menunjukkan mereka yang memiliki persentasi yang tinggi akan lemak tubuh cenderung memiliki total kolesterol, LDL dan trigliserida dibandingkan dengan mereka yang berat badannya normal.




6. Stres
a. Hubungan stres dengan faktor risiko PJK
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi yang dapat berakibat mempercepat kekejangan (spasm) arteri koroner, sehingga suplai darah ke jantung terganggu. Kebanyakan dari mereka yang telah mengalami PJK dapat menunjuk pada kondisi mental yang menjurus ke arah terjadinya hal tersebut. Isu mengenai hubungan langsung antara stres mental dan penyakit jantung menjadi perdebatan di kalangan medis.


B. Faktor Risiko Stroke

Banyak faktor risiko stroke yang sama dengan faktor risiko PJK, karena penyebab yang fundamental dari kedua penyakit tersebut adalah terhalangnya aliran darah di dalam pembluh arteri yang disebabkan oleh timbunan atherosclerosis atau plak. Menurut NSA (National Stroke Assosiation) beberapa petunjuk khusus untuk mencegah stroke adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian kadar kolesterol dalam darah, bila kadar HDL di dalam darah rendah dan kadar LDL tinggi perlu dilakukan tindakan penanganan yang serius.
2. Perhatikan tekanan darah.
3. Bila anda merokok, segeralah anda berhenti.
4. Penderita diabetes hendaknya mengendalikan kadar gula darah sebaik mungkin sehingga mendekati normal.
5. Lakukan latihan atau olahraga secara rutin dengan intensitas tertentu.



BAB IV
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. Ambang Batas Kadar Kolesterol dan Lemak Dalam Darah

Kadar kolestreol yang abnormal merupakanfaktor resiko fundamental, namun demikian tubuh kita juga memerlukan kolesterol, yang antara lain untuk pertumbuhan sel dan membuat hormon. Jadi masalahnya adalah menjaga angka kadarnya dalam darah pada tingkat yang dianggap normal untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Yang dimaksud normal adalah memiliki resiko yang rendah. Diatas angka tersebut, beberapa jenis kolesterol dan lemak diklasifikasikan beresiko sedang (moderat) atau bila lebih tinggi lagi dikatakan sebagai beresiko tinggi (high risk). Sedangkan untuk kolesterol baik di bawah angka tertentu, dianggap berisiko tinggi. Ambang batas profil lemak yang hendak dibahas dalam Bab ini adalah Total Kolesterol ( LDL dan HDL) dan Trigliserida.

1. Kolesterol

a. Total kolesterol
National Institute of Health (NIH)-USA merumuskan angka kadar kolesterol dalam beberapa tingkatan. Angka-angka yang dianjurkan adalah:
 Kadar total kolesterol darah yang diingini = 200 mg/dl, atau kurang
 Kadar total kolesterol darah sedang atau ambang batas tinggi (borderline high) = 200-239 mg/dl
Angka-angka dari NIH ini dipakai sebagai acuan di berbagai institusi kesehatan di banyak negara.

b. LDL ( Kolesterol Jahat )
LDL mengandung paling banyak kolesterol dari semua lipoprotein, dan LDL merupakan pengirim kolesterol utama dalam darah. Sel-sel tubuh memperoleh kolesterol dari LDL, tetapi jumlah kolesterol yang bisa diserap sebuah sel ada batasnya.
Untuk menilai tinggi rendahnya kadar LDL dalam darah, umumnya dibandingkan dengan angka standar yang dibuat oleh NIH yaitu:
 LDL yang diingini = 130 mg/dl atau kurang
 Ambang batas tinggi = 131-159 mg/dl
 LDL tinggi = 160 mg/dl atau lebih
Apa manfaat memeriksakan kadar LDL ? Diantaranya adalah bila angka total kolesterol ada pada ambang batas tinggi, maka perlu dievaluasi lebih lanjut apakah kolesterol total yang tinggi resebut diakibatkan oleh LDL yang tinggi atau HDL yang tinggi.
Sebagian besar kasus kolesterol tinggi disebabkan oleh LDL yang tinggi. Sebaliknya jika disebabkan oleh HDL yang tinggi sedangkan LDL-nya rendah, maka kondisinya dinyatakan baik.
c. HDL – Kolesterol Baik
HDL bersifat protektif terhadap kemungkinan pengendapan atherosclerosis di dalam arteri. Bila kadar HDL dalam darah rendah, resiko terhadap PJK pun meningkat. Sebaliknya , bila HDL tinggi, maka resiko PJK menurun
Seperti halnya dengan total kolesterol dan LDL, untuk menilai kadar HDL digunakan angka standar dari NIH sebagai berikut
 HDL yang diingini = 45 mg/dl atau lebih
 Ambang batas rendah = 45-35 mg/dl
 Terlalu rendah = kurang dari 35 mg/dl
Hubungan Kadar HDL dengan penyumbatan Arteri Koroner
Hasil penelitian di John Hopskin Lipid Centre – USA, dengan pemeriksaan katerisasi terhadap 483 pasien, memperlihatkan bahwa tingkat penyumbatan lebih parah pada pasien yang memiliki kadar HDL lebih rendah. Tabel 3 adalah ringkasan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kadar HDL di dalam darah. Trigliserida
Trigliserida bukanlah kolesterol, tetapi merupakan satu macam lemak yang terdapat dalam tubuh. Didalam cairan darah dikemas dalam lipoprotein chylomicron. Adapun ambang batas trigliserida dalam darah adalah sebagai berikut
 Kadar yang diingini = maksimal 150 mg/dl
 Kadar ambang batas tinggi = antara 151-250 mg/dl
 Kadar trgliserida tinggi = 251-400 mg/dl
 Kadar trgliserida amat tinggi = 401 mg/dl atau lebihPada pasien yang mempunyai kadar HDL rendah, biasanya kadar trigliseridanya tinggi. Dua faktor tersebut menambah besarnya risiko PJK. Bila rasio LDL/HDL antara 4.0-5.0, dan angka trigliserida diatas normal, risiko PJK meningkat, meskipun kadar LDL relatif rendah.


B. Rasio Total Kolesterol dan LDL terhadap HDL

Sejumlah penelitian para ahli telah membuat kriteria angka ambang batas profil lemak didalam tubuh. Tapi tidak mudah memenuhi batas ambang semua jenis lemak dalam batas yang dianggap berisiko rendah.
Kasus yang sering terjadi adalah kadar LDL dan Trigliserid yang normal tetapi kadar HDL dibawah normal, keadaan seperti ini yang dapat berisiko terjadi PJK, serangan jantung bahkan stroke

1. Angka Rasio
Seperti telah disebutkan didepan, bahwa semakin tinggi tingkat HDL, semakin rendah tingkat risiko PJK. Semakin rendah tingkat HDL, Semakin besar tingkat risiko PJK.Sebaliknya semakin tinggi tingkat LDL, semakin tinggi juga juga tingkat risiko PJK.Semakin rendah tingkat LDL, Tingkat risiko PJK-pun semakin rendah.
Dari kenyataan diatas yang juga dibuktikan dengan penelitian selanjutnya, Dr. W. Castelli memyimpulkan bahwa rasio Total Kolesterol terhadap HDL dan rasio LDL terhadap HDL dapat dipakai untuk mengakses risiko PJK.
Semakin umum dapat dikatakan makin renda rasio, makin rendah pula risiko PJK. Makin tinggi rasio, makin tinggi pula risiko PJK. Sebagai pegangan bila rasio total kolesterol terhadap HDL >6, maka seseorang memiliki risiko yang tinggi. Apabila individu tersebut memiliki faktor-faktor yang lain, maka ia akan mempunyai kombinasi risiko PJK yang makin tinggi.


2. Rasio Total Kolesterol terhadap HDL untuk laki-laki dan perempuan

Tabel 6 menunjukan kriteria ambang batas rasio Total kolesterol terhadap HDL bagi laki-laki dan perempuan yang berusia antara 20-60 tahun. Rasio harus dipertahankan diatas 4.
Telah dibicarakan sebelumnya bahwa para peneliti masih belum menemukan jawaban cara pasti kerjanya HDL didalam pembuluh darah. Namun ada kesepakatan pendapat bahwa apapun peranannya, HDL dan rasio merupakan indikator yang penting bagi risiko PJK

3. Rasio LDL terhadap HDL
Indikator lain mengenai risiko PJK ialah dengan melihat rasio LDL terhadap HDL seperti terlihat pada Tabel 8 yang disusun oleh W.P. Castelli dari Framingham Heart Study. Risiko dibawah 25% dianggap risiko rendah, 25%-50% menengah, dan 50%-75% tinggi, sedangkan di atas 90% dianggap amat tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Institusi seperti National Institute of Health dan berbagai Long itudinal Study, maka dengan angka total kolesterol dibawah 200 mg/dl diharapkan telah memberi perlindungan yang berarti terhadap PJK. Tetapi beberapa kasus PJK menunjukan bahwa amatlah penting untuk memeriksa bagian-bagian lain dari profil lemak termasuk rasionya, sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dan cepat salah satunya dapat mengkonsumsi obat-obatan untuk memperbaiki keseimbangan kadar total kolesterol terhadap HDL

BAB V
PENCEGAHAN
Upaya-upaya perbaikan kadar kolesterol dan lemak darah dengan mengatur diet dan olahraga. Bila kedua upaya tersebut belum berhasil mencapai sasaran, barulah digunakan obat.
A. Diit
Seperti diketahui, kita memerlukan zat makanan untuk melakukan kegiatan fisik dan menjaga pertumbuhan.Untuk maksud tersebut banyak tersedia bahan makanan yang dapat kita pilih. Dari segi kesehatan terutama kesehatan jantung dan pembuluh darah, pemilihan makanan perlu diperhatikan. Sejumlah pakar dan ahli gizi mencoba merumuskan suatu panduan untuk mengatur pola makan atau diit dengan tujuan seseoramg masih dapat menikmati lezatnya suatu makanan dalam jumlah yang cukup tetapi masih dapat menahan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan faktor risiko.
Untuk mengatasi persoalan tersebut dapat dilakukan dengan menukar makanan atau makanan pengganti. Misalnya dalam masalah kolesterol, gantilah makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi dengan lemak tidak jenuh, makanan dengan kadar kolesterol tinggi dengan yang mengandung kolesterol rendah. Demikian pula dengan masalah gula, dari gula tebu diganti gula yang berasal dari jagung. Contoh-contoh diatas tidak memengaruhi kelezatan makanan tapi cukup besar artinya dalam menjaga kesehatan.


B. Olahraga
Olahraga merupakan bagian dari usaha menjaga kebugaran termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, dan sebagai bagian dari program rehabilitasi bagi mereka yang telah menderitanya. Olahraga juga dapat memperbaiki profil lemak darah seperti menurunkan kadar total kolesterol dan trigliserida, bahkan yang lebih penting lagi ialah dapat memperbaiki HDL. Di samping itu, berbagai faktor risiko seperti hipertensi, kegemukan, diabetes melitus dapat direndahkan dengan menjalankan olahraga yang tepat takaran, durasi dan frekuensinya. Manfaat olahraga bagi jantung dan tubuh, antara lain sebagai berikut:

 Kerja jantung lebih efesien
 Keluhan semakin berkurang atau menghilang, rasa nyeri, berat atau tak enak di dada atau cepat letih semakin berkurang atau hilang
 Kadar lemak di dalam darah akan menuru
 Pembuluh darah jantung atau arteri koroner lebih lebar
 Pembuluh darah setelah operasi atau setelah pelebaran dengan balon tetap terbuka
 Mencegah timbulnya penggumpalan darah
 Enzim bekarja lebih efesien
 Ketenangan jiwa semakin mantap


C. Obat-obatan
1. Obat antihipertensi
Telah disebutkan pada bab 2 bahwa salah satu sebab terjadinya stroke adalah tekanan darah tinggi yang dapat mengakibatkan pembuluh darah arteri di otak pecah. Untuk mengurangi terjadinya hal-hal tersebut, sekarang ini terdapat bermacam-macam obat antihipertensi yang memiliki mode operasi yang berbeda-beda. Obat-obat antihipertensi antara lain :
a. Beta blockers
b. Calsium chanel blockers
c. Diuretik
d. Centrally acting drugs
e. Vasolidator
f. Penghambat ACE


2. Memakai obat vs diit ketat rendah lemak
Makanan rendah lemak memiliki keuntungan sendiri dibanding penggunaan obat anti kolesterol, misalnya golongan statin (K.Lance Gould, M.D) yang dijelaskan sebagai berikut. Untuk maksud-maksud medis kolesterol dan lemak didalam darah yang disebut lipid, biasanya diukur setelah puasa 12 jam. Alassannya adalah makan makanan yang berlemak menyebabkan komponen tertentu dai lipid tersebut meningkat sampai 8 jam sesudah makan. Komponen ini adalah trigliserida dan VLDL. Peningkatan tersebut tentu saja tergantung pada kadar lemak pada makanan yang dimakan. Karena kebanyakan orang makan 3 kali sehari, maka dinding arteri terekspos atau terbuka terhadap masukan lemak dari luar (atherogenic material) dalam jumlah waktu yang cukup lama.
Progresi penimbunan plak erat hubungannya dengan ukuran dan lamanya meningkatnya lipid didalam darahsetelah makan. Bahkan bila kolesterol pada waktu puasa diturunkan dengan obat-obatan, respons lipid setelah makan makanan berlemak akan meningkat sementara secara abnormal. Menurunkan kadar kolesterol darah pada waktu puasa dengan menggunaka obat-obatan memang ada gunanya, tetapi penurunan kolesterol pada waktu puasa dengan obat tidak mengubah peningkatan lipid secara tiba-tiba setelah makan makanan berlemak. Jadi dapat dikatakan bahwa makanan yang amat rendah lemak akan mencegah kenaikan lipid setelah makan. Sehingga selama 24 jam exposure dinding arteri secara terus-menerus terhadap atherogenic lipida dalam darah diminimalkan dengan makanan amat rendah lemak atau diit reversal. Di samping keuntungan yang diperoleh seperti yang diuraikan diatas, pemakaian obat-obatan pada umumnya diikuti akibat samping (side effect) yang tidak diinginkan.





3. Suplemen

1. Anti oksidan, vitamin C dan E
Vitamin E bersifat anti oksidan yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya peristiwa oksidasi yaitu LDL yang membuih dan apabila bercampur dengan zat-zat lain akan menimbulkan plak pada arteri. Kombinasi vitamin E dan C amat bermanfaat dalam usaha menanggulangi peristiwa tersebut.

2. Minyak ikan dan omega-3
Omega-3 memiliki sifat diantaranya:
• Menurunkan kadar trigliserida
• Mengurangi partikel LDL
• Menaikkan partikel HDL
Omega-3 terdapat pada ikan dan beberapa jenis tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian. Menurut penelitian, cara kerja omega-3 pada garis besarnya adalah molekul omega-3 bersatu kedalam sel yang dapat menjauhkan kolesterol jahat dan platelets (sel-sel darah yang kecil sekali yang berfungsi dalam penggumpalan darah). Kelihatannya omega-3 melindungi sel untuk mencegah “terlepasnya” plak dari tempat kedudukannya.
Namun demikian para ahli penyakit jantung diantaranya Dr.Onish, menganjurkan bahwa pemakaian omega-3 dari tumbuhan lebih baik daripada yang berasal dari binatang, dengan alasan sebagai berikut:
• Ikan mengandung lemak jenuh dan kolesterol, sehingga dapat menaikkan kadar LDL
• Pada orang yang menderita diabetes, minyak ikan mungkin dapat menyebabkan resistensi insulin dan menaikkan kadar gula darah.
• Minyak ikan mudah mengalami oksidasi

3. Serat atau fiber
Seperti diketahui, serat dalam bahan makanan dapat dibedakan menjadi serat yang larut dan yang tidak larut dalam air. Dalam kaitannya dengan kolesterol, peranan serat yang larut dalam air memiliki sifat yang positif, yaitu dapat menurunkan kadar total kolesterol darah dan LDL.dalam pada itu daging asal binatang yang tidak memiliki kandungan serat. Salah satu contoh makanan yang mempunyai komposisi tinggi serat yang larut dalam air adalah “oat bran” yang berasal dari gandum dan bekatul dari kulit padi.

4. Garlic atau bawang putih
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih terbukti menurunkan kolesterol yang baik, dan juga mengurangi kemungkinan terjadinya pembekuan darah. Bawang putih telah lama dikenal sebagai obat tradisional dan begitu akrab dalam kehidupan masyarakat luas. Bahkan dengan berbagai penelitian yang banyak dilaporkn belakangan ini, garlic banyak digunakan sebagai obat anti kolesterol. Di pasaran banyak kita menemukan garlic dalam bentuk tablet atau kapsul. Kedudukannya tidak kalah dengan pil anti kolesterol yang modern.


4. Pencegahan Primer dan Sekunder Berdasarkan Aspek Kolesterol Darah

Telah dijelaskan di muka bahwa plak di pembuluh arteri timbul perlahan-lahan, memakan waktu bertahun-tahun bahkan mungkin berpuluh-puluh tahun sejak usia muda. Terjadinya PJK, serangan jantung, atau stroke dimulai dari pembentukan endapan atherosclerosis di arteri. Demikian pula faktor-faktor resiko yang mendorong dan mempercepat terjadinya keadaan di atas, seperti kadar kolesterol yang abnormal, tekanan darah tinggi, dan diabetes mellitus. Suatu kenyataan yang membuat seseorang ”terlena”, dalam arti tidak memperhatikan dan mengambil tindakan segera adalah bahwa faktor-faktor di atas sering kali tidak terasa sampai keadaannya (stadium) menjadi parah.
Beberapa jenis faktor resiko tersebut di atas hanya dapat dideteksi pada waktu tes, misalnya selama pemeriksaan berkala (medical check-up). Karena itu, wajar bila banyak orang akan bertanya kapan sebaiknya dirinya harus mengetahui status kesehatannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut sebagian besar dokter menyarankan untuk melakukan check-up 3-4 tahun sekali bila tidak ada keluhan terhadap kondisi kesehatannya bagi mereka di bawah umur 35 tahun, di atas umut tersebut sekali setahun. Sedangkan bagi mereka yang berdasarkan silsilah keluarga ada kemungkinan pengaruh faktor keturunan, pemeriksaan tentunya perlu dilakukan lebih awal sesuai petunjuk dokter. Tujuan terpenting dari check up adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko atau pengungkapan sedini mungkin penyakit jantung dan penyakit-penyakit lain sehingga dapat dilakukan penanganan secepatnya, sehingga tidak terlanjur menjadi parah.
Untuk kepentingan itu, berbagai institusi telah mengembangkan program monitor untuk mengetahui kesehatan seseorang daro waktu ke waktu, khususnya kesehatan jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti dengan tindak lanjut yang diperlukan. Program di atas dikenal sebagai ”Pencegahan Primer” dan ”Pencegahan Sekunder”. Sebagai contoh di bawah ini adalah pencegahan primer dan pencegahan sekunder untuk PJK yang disusun oleh AHA, didasarkan atas aspek kolesterol dalam darah. Oleh karena program ini ditujukan untuk memonitor dan mengendalikan terjadinya pengendapan plak pada arteri, maka di samping untuk PJK berlaku juga untuk serangan jantung dan stroke.
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko yang berkaitan dengan PJK tentu saja berbeda dengan PJK itu sendiri. Jadi penanganan atau perbaikan terhadap faktor resiko tidaklah berarti sama dengan pengobatan PJK. Tindakan di atas membantu mencegah timbulnya PJK. Melakukan perbaikan faktor resiko dapat disamakan dengan pemeliharaan atau ”preventive maintenance”, misalnya terhadap mesin mobil. Mengambil tindakan untuk mengurangi faktor-faktor resiko sebelum timbulnya PJK disebut ”Pencegahan Primer”, atau ”primary prevention”.
Meskipun dari pengamatan ditemukan bahwa penanganan yang tepat terhadap PJK berhasil menyelamatkan sebagian pasien, tetapi lebih dari separo yang meninggal terjadi sebelum dilakukan penanganan (treatment) misalnya di rumah sakit. Jadi betapapun baiknya penanangan bukanlah pemecahan yang ideal guna mengurangi kematian akibat sakit jantung. Pencegahan serangan jantung dengan cara mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor resiko tidak diragukan lagi merupakan pendekatan yang terbaik.
Tabel 1 adalah skema program pencegahan primer yang merupakan klasifikasi awal yang didasarkan atas pemeriksaan kadar Total Kolesterol dan HDL. Sedangkan Tabel 2 adalah skema dari klasifikasi awal yang didasarkan atas kadar LDL.
Kedua skema di atas berlaku bagi orang dewasa dan belum ada indikasi secara medis mengidap PJK, belum pernah mengalami serangan jantung dan stroke. Dari kedua skema di atas yang perlu diperhatikan adalah :
a. Frekuensi pemeriksaan
b. Ambang batas komponen-komponen yang diperiksa
c. Jumlah faktor resiko yang diderita
d. Tindak lanjut terapi yang perlu dilakukan sesuai petunjuk dokter
e.
2. Pencegahan Sekunder
Sekarang bagaimana dengan mereka yang telah jelas-jelas mengidap PJK. Banyak bukti telah menunjukkan bahwa mereka masih mempunyai kesempatan untuk mengurangi terjadinya komplikasi lebih lanjut bila dapat mengurangi faktor resiko. Pencegahan sekunder (secondary prevention) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor resiko bagi mereka yang nyata-nyata mengidap PJK, adanya plak pada arteri, atau telah mengalami serangan jantung. Dalam hal ini, bila yang bersangkutan menangani secara agresif, endapan atherosclerosis atau plak kemungkinan besar dapat diperkecil, yaitu dengan berhenti merokok, berolahraga teratur dan mengikuti pola makan atau diit yang benar.
Program rehabilitas adalah salah satu contoh dari pencegahan sekunder. Di sini pasien dilatih olahraga dan diberi penyuluhan yang diperlukan, disamping pemeriksaan profil lemak dan lain-lain. Gambar 3 adalah skema dari klasifikasi awal yang didasarkan atas kadar LDL bagi orang dewasa yang secara medis sudah terbukti mengidap PJK atau menurut K. Lance Gould, M.D ditandai oleh hal-hal berikut :
a. Pernah mengalami serangan jantung atau stroke
b. Dengan kateterisasi terbukti adanya plak pada arteri
c. Pernah menjalani operasi balon atau bedah pintas koroner (CABG)
d. Memiliki sejarah keluarga menderita PJK prematur
e. Keterbatasan alirah darah di otot jantung yang ditunjukkan dengan pemeriksaan PET scan
f. Memiliki faktor resiko yang tinggi serta kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida yang tinggi dan HDL rendah
g. Penyakit pembuluh darah (peripheral vasculair desease)
h. Seperti halnya dengan pencegahan primer, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
i. Frekuensi pemeriksaan
j. Ambang batas komponen-komponen yang diperiksa. Disini angka ambang batas berbeda dengan mereka yang belum terkena PJK
k. Tindak lanjut mengenai penyesuaian pola hidup yang perlu ditaati dan pengobatan sesuai petunjuk dokter
Di samping itu, dokter sering meminta agar pasien secara berkala, misalnya tiga bulan sekali, berkunjung ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan ulang guna mengevaluasi proses penyembuhannya
.
DAFTAR PUSTAKA
Soeharto, iman.2002.Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik dan Proses terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. Gramedia: Jakarta
Speicher, Carl E.1996.Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif.ECG:Jakarta.
Situpoe, Mangku.1993.Kolesterol Fobia Keterkaitanya dengan Penyakit Jantung.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Maulana, Mirza.2008.Penyakit Jantung.Kata Hati:Jogjakarta

0 komentar:

Posting Komentar