Minggu, 12 Juni 2011

Hubungan hiperglikemi dengan infeksi Staphylococcus aureus pada penderita diabetes melitus

Pengaruh Hiperglikemi Terhadap Infeksi Staphylococcus aureus
pada Penderita Diabetes Melitus

BAB I
PENDAHULUAN

Adalah suatu kenyataan bahwa penderita diabetes melitus lebih sering mengalami infeksi baik oleh bakteri, jamur, maupun virus dibandingkan dengan populasi bukan diabetes . Penyebab dari kondisi ini belum jelas tetapi adalah suatu kenyataan bahwa pada kulit penderita diabetes melitus lebih banyak ditemukan bakteri Staphylococcus aureus, dan kandida lebih banyak ditemukan pada daerah mulut dan mukosa genital dibandingkan dengan mereka yang bukan penderita diabetes mellitus
Infeksi pada diabetes melitus khususnya pada mereka dengan kendali glikemik yang buruk, dan pada penderita usia lanjut sering mempunyai perlangsungan klinik yang berat, misalnya infeksi saluran nafas dan saluran kemih, sehingga membutuhkan perawatan rumah sakit dan penggunaan antibiotik yang spectrum luas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Staphylococcus aureus
Suatu kenyataan bahwa penderita diabetes melitus lebih sering mengalami infeksi baik oleh bakteri, jamur, maupun virus dibandingkan dengan populasi bukan diabetes . Penyebab dari kondisi ini belum jelas tetapi adalah suatu kenyataan bahwa pada kulit penderita diabetes melitus lebih banyak ditemukan bakteri Staphylococcus aureus, dan kandida lebih banyak ditemukan pada daerah mulut dan mukosa genital dibandingkan dengan mereka yang bukan penderita diabetes melitus .
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang umum dapat menyebabkan infeksi, yang terkenal sulit untuk dibasmi.
Nama "Staphylococcus" datang dari Yunani staphyle yang berarti seikat anggur dan kokkos berarti berry, dan itu adalah yang tampak dari Staphylococcus dibawah mikroskop, seperti seikat anggur atau berry-berry yang bulat kecil. (Dalam istilah-istilah teknik, ini adalah gram-positive, facultative anaerobic, biasanya unencapsulated cocci.)
Lebih dari 30 tipe-tipe yang berbeda dari Staphylococci dapat menginfeksi manusia-manusia, namun kebanyakan infeksi-infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Staphylococci dapat ditemukan normalnya dalam hidung dan pada kulit (dan kurang umum pada lokasi-lokasi lain) dari 20%-30% dari kaum dewasa yang sehat. Pada kebanyakan dari kasus-kasus, bakteri-bakteri tidak menyebabkan penyakit. Bagaimanapun,kerusakan pada kulit atau luka lain mungkin mengizinkan bakteri-bakteri untuk mengatasi mekanisme-mekanisme pelindung alamiah dari tubuh, menjurus pada infeksi
Siapa saja dapat terserang infeksi Staphylococcus, meskipun kelompok-kelompok tertentu dari orang-orang berisiko lebih besar, termasuk bayi-bayi yang baru dilahirkan, wanita-wanita yang menyusui, dan orang-orang dengan kondisi-kondisi kronis seperti diabetes, kanker, penyakit vaskular, dan penyakit paru. Pemakai-pemakai obat suntikan , mereka yang dengan luka-luka atau penyakit-penyakit kulit, kateter-kateter intravena, sayatan-sayatan operasi, dan mereka yang dengan sistim imun yang melemah semuanya mempunyai risiko yang meningkat mengembangkan infeksi-infeksi Staphylococcus.

B. Mekanisme infeksi Staphylococcus aureus
Mekanisme infeksi yang terjadi akibat jenis bakteri ini adalah terbentuknya selubung berwarna keemasan yang disebut staphyloxanthin yang melindungi bakteri tersebut dari sistem imun manusia.

Infeksi pada diabetes melitus khususnya pada mereka dengan kendali glikemik yang buruk, dan pada penderita usia lanjut sering mempunyai perlangsungan klinik yang berat, misalnya infeksi saluran nafas dan saluran kemih, sehingga membutuhkan perawatan rumah sakit dan penggunaan antibiotik yang spectrum luas.
Penyebab kerentanan dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi pada diabetes melitus disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial), baik yang disebabkan oleh hiperglikemi maupun gangguan immunitas. Salah satu bukti bahwa hiperglikemi sebagai salah satu penyebab rentannya infeksi pada diabetes melitus ialah pada penderita dengan ketoasidosis dimana ditemukan hiperglikemi berat sering ditemukan komplikasi infeksi. Beberapa hal dapat menerangkan hiperglikemi sebagai penyebab kerentanan infeksi pada diabetes melitus, yaitu :

1. Pembawa bakteri
Penderita diabetes melitus ternyata lebih banyak bakteri, jamur yang mengidap di tubuhnya. Sebagai contoh penderita diabetes melitus khususnya wanita sering disertai dengan infeksi jamur pada alat genitalia. Penderita dengan kendali glikemik yang buruk sering dengan infeksi pada gigi dan mulut. Pada keadaan hiperglikemi bakteri gram positif akan lebih subur tumbuhnya, sedang gram negatif kurang



2. Gangguan fungsi sel neutrofil dan monosit
Hiperglikemi dapat mengakibatkan gangguan fungsi neutrofil dan monosit.
Gangguannya dapat berupa :



a. Pergerakan
Neutrofil dan monosit pada diabetes melitus terutama pada keadaan hiperglikemi mempunyai pergerakan yang lebih lambat. Beberapa peneliti bahkan menyebut bahwa pada penderita diabetes melitus terlepas dari hiperglikemi atau tidak,sel neutrofil dan monosit berperilaku malas dan disebut “lazy leucocyte disorder” .

b. Kemampuan melengket menurun
Hiperglikemi juga menyebabkan menurunnya kemampuan melengketnya neutrofil dan monosit dengan demikian akan mengurangi daya kerja kerja sel tersebut.

c. Kemampuan fagositosis menurun

d. Menurunnya kemampuan membunuh bakteri (killing).
Setelah neutrofil menangkap bakteri (setelah proses fagositosis) maka bakteri akan dibunuh. Proses pembunuhan bakteri (killing proses) terjadi pada keadaan oksidatif dan non-oksidatif. Pada awal proses pembunuhan bakteri selalu dimulai dengan tahap oksidatif dan menggunakan radikal bebas toksik (toxic free radicals) seperti superoksida, hydrogen peroksida. Dalam keadaan normal glukosa yang masuk ke dalam sel neutrofil akan dimetabolisme melalui hexose monomonophosphate shunt (HMP shunt). Proses HMP-shunt ini akan menghasilkan NADPH yang dibutuhkan untuk menghasilkan radikal bebas superoksida dan hidrogen peroksida yang dibutuhkan pada proses membunuhbakteri. Pada keadaan hiperglikemi maka sebagian dari glukosa akan dimetabolisme melalui jalur polyol (polyol pathway). Enzim aldose reduktase yang berperan pada jalur polyol akan menggunakan NADPH, dengan demikan produksi superoksida dan hydrogen peroksida akan menurun dan berakibat menurunnya proses pembunuhan bakteri.




C. Klasifikasi kelainan kaki pada penderita diabetes melitus
Kelainan kaki pada diabetes dapat disebabkan oleh infeksi, neuropati (penurunan fungsi saraf), iskemia/hipoksemia (kekurangan oksigen), atau kombinasi antara ketiganya. Pembedaan keempat penyebab tersebut penting untuk menyesuaikan langkah pengobatan. Pada umur muda faktor iskemia belum banyak peranan; sebaliknya pada umur tua lebih sering ditemukan penyebab kombinasi, khususnya iskemi dan infeksi; sehingga prognosis akan lebih buruk. Hampir dapat dipastikan bahwa amputasi pada umur tua selalu disebabkan oleh diabetes mellitus.

1. Sebab infeksi
Oksigenasi jaringan yang buruk akibat iskemia mengurangi respons imun jaringan sehingga bakteri lebih mudah berkembang.

2. Sebab neuropati
Diabetik neuropati ditandai dengan gangguan fungsi sensorik, yaitu hilangnya persepsi raba dan vibrasi pada permukaan kulit. Selain itu ada kelemahan otot-otot intrinsik kaki sehingga ibu jari kaki mengalami dislokasi ke dorsal (pergeseran ke arah punggung kaki). Berat badan tertumpu pada ibu jari sehingga lama kelamaan akan terbentuk kalus. Kalus yang pecah-pecah merupakan tempat berkembang biaknya bakteri (umumnya Staphylococcus) yang lama kelamaan berkembang menjadi ;pulkus yang tidak nyeri. Infeksi dapat tembus ke dalam tulang dan terjadilah osteomielitis. Proses yang sama dapat mengenai sendi-sendi tarsal dan memberikan deformitas yang khas yaitu charcot arthropathy.



D. Identifikasi Staphylococcus aureus
a. Bahan Pemeriksaan:
1) Klinis ; Pus/nanah hijau, hapus luka.
2) Makanan ; Bahan makanan suspek penyebab racun.

b. Skema Pemeriksaan:
1) Hari Pertama
a) Pemeriksaan mikroskopik : dilakukan pewarnaan metode Gram.


Hasil Pemeriksaan :
(1) Bentuknya Coccus/bulat
(2) Ukurannya berdiameter 0,8-1 um
(3) Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol seperti buah anggur
b) Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan di isolasi dalam media dan di inkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
(1) Biakan pada Agar Darah
(2) Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar)
(3) Biakan pada TSB (Trypticase Soy Broth/Kaldu trypticase & pepton)

2) Hari Kedua
a) Pengamatan koloni pada media:
(1) Media Agar Darah: Koloni berwarna kuning keemasan, halus, licin & berpigmen.


(2) Media MSA : Koloni berwarna kuning, bersifat manitol fermenter,


(3) Media TSB : Bakteri tumbuh dan membuat larutan media keruh homogen.

Koloni yang tumbuh pada Agar darah dipilih sesuai kriteria dan dibuat subkultur pada agar darah untuk mendapat koloni bakteri yang murni.

3) Hari Ketiga
Koloni pada subkultur di lakukan uji biokimia, uji serologi & uji sensitivitas.
a) Uji Biokimia: Bakteri di isolasi kedalam media bontrey panjang.
b) Uji Serologi: CPT (Coagulation Plasma Test), 1 ose koloni + 1 ose plasma sitrat, campurkan, amati dalam 2 menit. Hasil positif dengan indikasi cairan jernih dengan terbentuknya butiran-butiran halus.
c) Uji Sensitivitas: metode cakram Kirby Bauer menggunakan media Muller Hinton agar. Antibiotik yang digunakan adalah Novobiocin 30.



4) Hari Keempat
Amati hasil inkubasi bontrey panjang untuk uji biokimia dan media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas.
a) Uji Biokimia : Glukosa (+) dan Manitol (+)
b) Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
(1) sensitif : > 16mm
(2) intermediet : > 13-15mm
(3) resisten : > 13mm








BAB III
KESIMPULAN
Staphylococcus sebenarnya adalah flora normal pada kulit manusia tetapi jika kuman tersebut menginfeksi luka pada manusia dengan imunitas yang kurang baik khususnya keadaan hiperglikemi pada penderita diabetes melitus maka infeksi tersebut akan sukar disembuhkan karena Staphylococcus itu sendiri sudah resisten terhadap beberapa antibiotik yang sebelumnya sensitif terhadap kuman tersebut. Untuk kepentingan diagnosa kuman itu sendiri perlu dilakukan isolasi dan identifikasi dengan media serta prosedur yang tepat agar didapatkan hasil yang akurat.Oleh karena hal tersebut penting untuk memperhatikan tentang pengendalian hiperglikemi agar lebih mudah dilakukan suatu pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Gillespie, Stephen dan Kathleen Bamford.2009.At a Glance Mikrobilogi Medis dan Infeksi Edisi Ketiga.Jakarta:Erlangga Medical Series

Schoenbaum S.C. Infection in Diabetes. In Clinical Diabetes Mellitus, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1982, 327 – 32.


0 komentar:

Posting Komentar