Judul Slide 1

Isi Kacang.

Tanah Air Indonesia

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Juni 2011

Teknologi ANDROID 3.0 Honeycomb

Google akhirnya resmi mengumumkan dan mempertontonkan kehadiran Android 3.0 Honeycomb.

Android pun akhirnya terkuak bakal tampil dalam dua arah bisnis, dimana Honeycomb tidak akan tersedia untuk ponsel pintar (smartphone). Jadi, Android 3.0 tampaknya hanya diperuntukkan bagi perangkat PC tablet, serta piranti lain yang dirasa kompatibel dengannya.

Seperti diketahui, untuk menggunakan Android Honeycomb sebagai sistem operasi, prasyarat yang harus dipenuhi terbukti relatif berat. Maka, akhirnya ‘diputuskan’ bahwa Android 3.0 Honeycomb tak pas untuk model ponsel pintar.

Dan berikut ini merupakan kelebihan/keunggulan Android 3.0 Honeycomb:

1. Ada efek grafik 3 dimensi yang bisa bekerja dengan mulus walaupun untuk aplikasi dengan kebutuhan kinerja grafis tinggi. Efek 3D ini juga tersedia untuk aplikasi, wallpaper, dan grafik lainnya.

2. Antarmuka pengguna (UI) Honeycomb didesain ulang khusus untuk tablet dengan mememperhitungkan ukuran layar yang lebih besar daripada OS Android sebelumnya yang didesain untuk layar smartphone ukuran maksimal 4 inci. Layar muka Honeycomb juga memakai papan menu yang selalu nampak di bagian bawah layar. Papan ini berisi notifikasi, status sistem, dan navigasi di layar selain tampilan jam, mode redup, dan lain-lain. Sementara itu tampilan papan aksi di bagian atas akan tergantung pada aplikasinya.

3. Multitasking yang lebih mudah dengan adanya peluncur aplikasi yang baru dijalankan (recent apps). Tool ini terdapat di sistem bar sehingga selalu terlihat dan memudahkan untuk berpindah antaraplikasi tanpa perlu masuk ke dalam menu.

4. Papan ketik virtual yang bersahabat dan mudah digunakan. Layarnya lebih alami dan lebih besar dengan meniru tampilan papan ketik notebook/laptop dan bukan seperti papan ketik ponsel.

5. Copy/paste yang lebih baik dengan tambahan opsi menu untuk operasi manipulasi teks. Papan menu di bagian atas akan menyediakan berbagai opsi seperti cut, copy, copy ke clipboard, share, paste, pencarian ke web, hingga pencarian lokal.

6. Peningkatan koneksi termasuk wifi dan Bluetooth untuk tethering. Pemindaian atas wifi ditingkatkan sehingga bisa mempercepat penyambungan koneksi sementara dengan Bluetooth pengguna bisa melakukan tether dan membagi koneksinya dengan perangkat lain termasuk dukungan ke perangkat sederhana yang tidak memiliki antarmuka pengguna.

7. Penjelajahan web anonim juga didukung dalam Honeycomb. Pengguna bisa menjelajah web secara privat termasuk mode incognito untuk melakukan pencarian di web secara diam-diam. Selain itu browsernya juga diubah dari multi-window menjadi tabulasi dengan halaman terbuka akan ditampilkan pada papan yang berada di bagian atas layar. Sinkronisasi bookmark juga tersedia berkat opsi akun Google untuk segala aktivitas.

8. Aplikasi yang sudah ada juga akan tetap bekerja baik meski aplikasi yang tersedia di Android Market saat ini didesain untuk smartphone yang memiliki ukuran layar lebih kecil. Tombol fungsi menu yang ada di ponsel Android sekarang digantikan dengan menu Action Bar. Ada juga opsi bagi developer untuk membuat tata letak bagi layar yang lebih besar dan menambahkannya pada aplikasi yang sudah mereka buat.

9. Pengorganisasian email lebih mudah dengan tampilan dua bagian layar. Ini seakan meniru tampilan pada iPad yang bekerja dengan mengesankan. Pengorganisasian menjadi lebih mudah termasuk adanya fitur sinkronisasi email.

10. Widget akan lebih interaktif dengan fungsi yang lebih beragam dan tidak hanya pasif menunggu informasi dari penguna. Gerakan tangan dan jari juga bisa digunakan untuk menggulung layar secara 3D untuk menyusun konten termasuk operasi navigasi yang lebih menyenangkan.

Persaingan Motorola Xoom dengan gadget-gadget canggih

Setelah Ipad 2 keluar awal maret lalu dengan berbagai keunggulannya , para pesaingnya mulai banyak bermunculan dengan teknologi yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda, peta persaingan antara Ipad 2 dengan Motorola Xoom dan Blackberry Playbook, yang sebelumnya hanya dipegang oleh beberapa perusahaan saja, saat ini hampir dapat dibilang semua perusahaan yang memproduksi telpon genggam ikut meramaikan peta persaingan ini.

Sampai saat ini Xoom dianggap sebagai pesaing nomor satu Ipad 2 disamping dari segi hardware dan software yang mumpuni Xoom juga banyak menampilkan berbagai macam fasilitas yang tidak dimiliki oleh Ipad 2, dengan didukung OS Android 3.0 Honeycomb didalamnya, OS yang baru launcing awal Februari lalu itu dianggap lebih stabil dibanding dengan pendahulunya yakni Gingerbread, walaupun sekarang Honeycomb sudah di aplikasikan ke beberapa Tablet PC seperti Samsung Galaxy Tab 10.1 Inchi , Asus Transformer, dan LG Pad. Banyak yang mengusung OS Android 3.0 namun tablet yang paling siap menandingi iPad 2 adalah Motorola Xoom, walaupun Sony dikabarkan akan melaunching tablet pertama mereka yang berbasis Android namun hal itu harus menunggu eberapa bulan kedepan, Menurut rumor Sony baru akan melaunching Tablet Android pertama mereka pada bulan september mendatang.

Harga Xoom memang dibandrol lebih mahal dari iPad 2 yakni sekitar USD 800 atau sekitar 7 Juta Rupiah, Harga tersebut dinilai wajar karena Xoom merupakan Tablet PC pertama yang menerima OS Honeycomb besutan Google, selain itu Honeycomb juga memiliki kemampuan multi-tasking dan dari segi konektifitas Motorola Xoom dapat di upgrade dari 3G menjadi 4G, hal tersebut lebih menguntungkan sebab aplikasi akses 4G seperti Wimax sedang dikembangkan di Indonesia.

Disisi lain dalam beberapa hari terakhir banyak pelanggan Apple yang kecewa dengan akses 3G yang bermasalah mulai dari sulitnya terkoneksi ke akses 3G hingga sampai harus me-restart iPad untuk dapat terkoneksi, forum diskusi online Apple pun kini kebanjiran keluhan pelangganya, selain dari masalah fitur konektifitas kabarnya fitur FaceTime iPad 2 juga bermasalah.

Menyikapi hal tersebut , kabarnya Apple akan menyediakan update untuk iOS 4.3.2 seperti dikutip dari padgadget.com “According to an Apple source, the upcoming iOS 4.3.2 update will certainly address a few critical bugs that have affected several users after the release of iOS 4.3.1.” update tersebut nantinya akan memperbaiki masalah yang dialami pengguna dalam melakukan akses melalui 3G dan juga melakukan beberapa perbaikan celah keamanan WebKit.

Walaupun Xoom jauh lebih mahal dari iPad 2 tetapi faktanya Xoom dinilai lebih unggul, dan jauh lebih stabil dibanding iPad 2, namun kekurangan Xoom adalah kapasitas internal hardisknya hanya 32 GB sedangkan untuk iPad 2 64 GB, semoga saja Tablet PC Android pertama milik Sony Mendatang dapat lebih baik dibandingkan para rivalnya.

Motorola xoom adalah salah satu tablet PC paling ditunggu kini telah diperkenalkan secara resmi ke publik di ajang Consumer Electronics Show 2011, di Las Vegas, AS. Adalah Motorola XOOM, tablet PC generasi layar 10,1 inci yang tampil dengan prosesor dual-core 1 GHz Nvidia Tegra 2. XOOM juga merupakan tablet PC pertama yang mengadopsi platform Android 3.0 Honeycomb. Di pasaran nanti tablet ini bakal berhadapan dengan rival kuat, iPad 2.

Motorola XOOM hadir dalam dandanan glossy, dengan diagonal display 10,1 inci pada resolusi 1280x800 piksel. Teknologi 3G hadir di tablet keluaran Motorola ini, dimana nantinya bisa diupgrade untuk mendukung network 4G LTE. Selain 'otak' chip NVidia Tegra 2, XOOM didukung pula dengan RAM 1GB DDR2 yang mampu membuatnya berjalan lancar.

Motorola XOOM memiliki memori internal 32GB, yang bisa ditambah dengan kartu memori microSD hingga 32GB. NVidia Tegra 2 di tablet ini memungkinkan untuk mengeksekusi file video 1080p HD dan streaming video.Chip SoC di tablet ini pun mampu menjalankan Unreal Engine 3.0 dan grafis 3D yang lebih kaya dalam mendukung game.

Browser XOOM pun didukung oleh Adobe Flash Player 10.1, hingga sanggup menjelajah dan menampilkan halaman web yang dipenuhi konten flash dengan baik. Tablet ini pun diperkuat dengan gyroscope, accelerometer, barometer dan e-compass.

Motorola XOOM menyematkan kamera 5 MP, dengan flash LED dan fasilitas zoom. kamera ini pun mampu merekam video berukuran 720p. Sementara itu, ada pula kamera depan 2MP, untuk akses video chat via Google Talk.

Untuk koneksi nirkabel XOOM dilengkapi Wi-Fi 802.11 b/g/n (2,4 GHz dan 5GHz band), Bluetooth 2.1+EDR. Motorola XOOM pun menawarkan dukungan Microsoft Exchange, untuk mensinkronisasikan email-emal korporat pengguna selain GMail. Fasilitas edit dan viewer file dokumen pun sudah disediakan tablet ini.

Minggu, 12 Juni 2011

Media Transpor, Penyubur, Diferensial, Selektif dan uji biokimia Untuk Salmonella sp dan Shigella sp

Media Untuk Salmonella sp dan Shigella sp
BAB I
Tinjauan Pustaka

A. Media

1. Definisi
Suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi / zat makanan yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur,

2. Macam media menurut fungsinya
a. Media selektif
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.

b. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah,serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.
c. Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari bakteri lainnya yang sama-sama tumbuh dalam media perbenihan berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni, media Mac conkey agar merupakan media diferensial dan slektif karena tidak dapat menumbuhkan bakteri gram positif
d. Media transport
Media yang digunakan sebagai transport spesimen untuk suatu pemriksaan
e. Media uji biokimia
Media untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia



B. Kuman Salmonella dan Shigella

1. Salmonella
a. Taksonomi
Kindom : Bakteria
Filum: Proteobakteria
Kelas: Gamma Proteobakteria
Ordo: Enterobakteriales
Famili: Enterobakteriakceae
Genus: Salmonella
Lignieres 1900

b. Fisiologi
Kuman berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae). Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41oC (suhu pertumbuhan optimum 37oC) dan pH pertumbuhan 6–8.

c. Morfologi koloni
1) Pada blood agar koloni besar, bentuk bulat, permukaan agak cembung, licin,
jernih
2) Pada Mc Conkey, koloni tidak berwarna, tidak meragi laktosa
3) pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat
pembentukan H2S

d. Morfologi mikroskopik
1) gram negatif
2) batang pendek
3) susunan tidak teratur

2. Shigella
a. Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Castellani & Chalmers 1919

b. Morfologi mikroskopis :
1) gram negatif
2) bentuk batang pendek
3) susunan tidak teratur
4) tidak berflagel, tidak berkapsul, tidak Berspora

c. Morfologi makroskopis
1. Pada Mc Conkey agar,warna koloni tidak berwarna,tidak meragi laktosa
kecuali Shigella sonnei
2. pada SS agar, koloni kecil dan halus, tidak Berwarna

C. Media untuk Salmonella Shigella

1. Media Transport
a. Carry and blair
Media carry and blair adalah media transport Untuk kuman patogen usus(salmonella,shigella,vibrio,campylobacter). Semua spesimen tinja yg memerlukan waktu pengiriman lbh dari satu jam harus menggunakan media ini

2. Media Penyubur
a. Selenit
Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies Salmonella dari spesimen-spesimen seperti urin dan feses. Sodium selenit merupakan inhibator terhadap Eschericia coli dan beberapa spesies dari Shigella

Media ini mengandung pepton dari daging, laktosa, sodium selenitte, dipotassium hydrogen phospatase, potassium dihidrogen phospatase, selenite menghambat pertumbuhan bakteri coliform enteric dan enterocccus,sebagian besar pada saat 6-12 jam pertama dari inkubasi. Salmonella, proteus, pseudomonas tidak dihambat. Adanya pertumbuhan pada media dapat dilihat warna media yang menjadi keruh.

b. Gram Negative Broth ( GN Broth )
Media selektif gram negatif digunakan untuk pembiakan bakteri patogen saluran pencernaan ( salmonella spp dan shigella spp) dari spesimen faeces dan rectal swab. Larutan berisi beberapa bahan aktif termasuk natrium sitrat dan natrium deoksikolat yang menghambat pertumbuhan organisme gram positif dan mempercepat pertumbuhan bakteri gram negatif. Untuk mengoptimalkan selektfitas media, GN broth setelah diinkubasi 6-8 jam setelah penanaman pertama harus diisolasi ulang dan diinkubasikan kembali, apabila melewati waktu tersebut bakteri nonenterik patogen akan tumbuh melampaui patogen.




3. Media diferential
a. Media Mac Conkey ( MC )
Media Mac Conkey adalah untuk menumbuhkan bermacam-macam kuman khususnya untuk kuman gram negatif basil seperti Salmonella, Shigella, Hidrocolera, E.Coli.

1) Kandungan media
a) Pepton sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
b) Laktosa sebagai sumber energi dan bahan karbohidrat
c) Bile salt dan kristal violet sebagai penghambat tumbuhnya bakteri gram positif (+)
d) NaCl sebagai pengatur keseimbangan tekanan osmosis pada media
e) Neutral red sebagai indikator untuk mengetahui terbentuk tidaknya asam karena pemecahan karbohidrat
f) agar sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya mikroba atau bakteri

2) Komposisi
a) Pepton 17 g
b) polipepton 3 g
c) Laktosa 10 g
d) Garam empedu 1,5 g
e) Natrium klorida 5 g, agar 13,5 g
f) Neutral red 0,03 g
g) Kristal violet 0,001 g
h) Aquadest s.d. 1 liter
i) pH 7,1


4. Media Selektif

a. SS agar
Salmomella shigella agar adalah media selektif untuk mengisolasi kuman Salmonella sp dan Shigella sp dari sampel feses,urin, dan makanan. Untuk khusus isolasi kuman shigella Media ini tidak disarankan karena beberapa strain shigella akan terhambat.
1) Media ini tersusun dari beberapa macam bahan yaitu :
a) Campuran Ekstrak daging dan pepton menyediakan kebutuhan nitrogen
b) Vitamin, mineral, dan asam amino diperlukan untuk pertumbuhan
c) Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green menghambat bakteri gram positif, sebagian besar bakteri coliform dan pertumbuhan swarming Dari Proteus Sp.Sehingga kuman Salmonella sp dan Shigella sp dapat tumbuh dengan baik.
d) Neutral red sebagai indikator
e) Ferric citrate mendeteksi adanya H2S yang dihasilkan bakteri seperti Proteus dan beberapa strain dari Salmonella akan terbentuk koloni dengan titik hitam ditengah.

2) Pembuatan
a) Komposisi ( g/l )
(1) Laktosa : 10,00
(2) Campuran bile salt : 8,50
(3) Natrium sitrat : 8,50
(4) Natrium thiosulfat : 8,50
(5) Ekstrak daging : 5,00
(6) Campuran pepton : 5,00
(7) Fe (III) citrate : 1,00
(8) Neutral red : 0,02
(9) Brilliant Green : 0,0003
(10) Agar-agar bakteri : 12,0

b) Prosedur pembuatan :

(1) Larutkan 60 gram media dalam 1 liter air destilasi
(2) Campur dengan baik sampai diperoleh campuran yang homogen.
(3) Panaskan sampai mendidih satu menit, jangan diautoklaf.
(4) Dinginkan sampai suhu 45-50 OC tuang ke dalam petri.
(5) Simpan pada suhu 8-15oC dengan pH 7,0 ± 0,1.
(6) Media akan berwarna merah muda – merah.


3) Karakteristik koloni yang tumbuh.
Bakteri yang tidak meragi laktosa membentuk koloni yang bersih transparan dan tidak berwarna Bakteri koliform pertumbuhannya akan terhambat dengan membentuk koloni yang kecil, berwarna merah muda sampai merah.
b. Xylose Lysine Deoxycholate
XLD adalah media selektif dan diferensial kuman enterobacteriaceae khususnya untuk salmonella sp dan shigella sp. Media XLD dapat dikombinasikan dengam media penyubur Gram Negative Enrichment broth untuk mendapatkan isolasi yang lebih baik.
Pada pH ini kuman Salmonella menghasilkan H2S, H2S akan mereduksi tiosulfat dan besi dengan membentuk warna hitam pada koloni. Natrium deoksikolat akan menghambat bakteri Gram (+) dan bakteri gram (-) non enterik.

Media ini direkomendasikan oleh United States Pharmacopeia XX (1980)

1) Komposisi
a) xilosa 3,50 g
b) lisin 50 g
c) laktosa 7,50 g
d) sukrosa 7,50 g
e) natrium klorida 50 g
f) yeast extract 3,0 g
g) fenol red 0,08 g
h) agar 13,50 g
i) natrium deoksikolat 2,50 g
j) natrium tiosulfat 6,80 g
k) ferric ammonium citrate 0,80 g
l) aquadest s.d. 1 liter
m) pH 7,4

2) Karakteristik koloni
5. Media uji biokimia
a. KIA ( Klinger Iron Agar)
1) Untuk menguji adanya:
a) H2S
b) Fermentasi karbohidrat
c) Gas

b. SIM ( Sulfit Indol Motility )
1) Digunakan untuk uji
a) H2S
b) Indol
c) Motilitas bakteri
c. Urea
Untuk menguji fermentasi urea

d. Citrat
Digunakan untuk mengetahui apakah bakteri menggunakan citrat sebagau sumber karbon atau tidak.

e. MR / VP
1) MR
Untuk mengetahui adanya pembentukan asam

2) VP
Untuk menguji adanya acetoin

f. PAD
Digunakan untuk menguji adanya phenyl piruvat

g. Media gula-gula
Untuk mengetahui adanya fermentasi berbagai macam jenis karbohidrat.

DAFTAR PUSTAKA

www.condalab.com (Diakses pada Kamis, 17 Maret 2011,pukul 19.00)
www.evaluation-standards.org.uk (Diakses pada Kamis, 17 Maret pukul
19.00)
http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella (Diakses pada Jumat, 18 Maret 2011
pukul 16.00)

D-6100 Darmstadt 1 Frankfurter Strabe 250, E. Merck.1985.Handbook Culture Media MERCK.Semarang: CV Jurus Maju.

Pemeriksaan Laboratorium Feses dan Penegakan Diagnosa Berbagai Penyakit

Pemeriksaan Laboratorium Pada Feses
Sebagai Pemeriksaan Penunjang Dalam Penegakan Diagnosa Berbagai Penyakit

BAB I
LATAR BELAKANG


Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.




BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendahuluan
1. Definisi
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

B. Pemeriksaan
1. Indikasi dilakukan pemeriksaan feses
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya darah dalam tinja
c. Adanya lendir dalam tinja
d. Adanya ikterus
e. Adanya gangguan pencernaan
f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

2. Macam pemeriksaan
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit.Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan,boleh juga sampel tinja di ambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai tinja sewaktu, jarang diperlukan tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali unsure-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Bahan ini harus dianggap bahan yang mungkin mendatangkan infeksi,berhati-hatilah saat bekerja.

2
Dibawah ini merupakan syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2) Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir
5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar
9) Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel feses.

1) Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.

2) Pemeriksaan Warna

a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja

dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

3) Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.



4) Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

5) Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
a) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
b) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
c) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
d) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.
e) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
f) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.


6) Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.




a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

7) Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

8) Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

9) Pemeriksaan adanya sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.




b. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
1) Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

2) Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

3) Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

4) Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

5) Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.


6) Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

7) Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

8) Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba

9) Jamur
a. Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis

dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.


c. Kimia
1) Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
a) Metode benzidine basa
i. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
ii. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
iii. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
iv. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
v. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
vi. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
vii. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
 Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
 Positif ( +) hijau
 Positif (2+) biru bercampur hijau
 Positif (3+) biru
 Positif (4+) biru tua

b) Metode Benzidine Dihidrochlorida
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.

c) Cara Guajac
Prosedur Kerja :
i. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
ii. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur.
iii. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
iv. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu




10) Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

2) Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

3) Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet



BAB III
KESIMPULAN


Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia.
1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.
2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.
3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin.

Dalam pemeriksaan feses perlu diperhatikan tahapan-tahapan pemeriksaan mulai dari bagaimana pengumpulan sampel yang benar, memeriksa sampel yang sesuai dengan prosedur, dan bagaimana menginterprestasikan hasil pemeriksaan sehingga dapat mengeluarkan hasil yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut sangat penting karena dari hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk menentukan tindakan lebih lanjut seperti tindakan pengobatan.









DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.
(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.(Halaman 518-519)

http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-bedanya
pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )

http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul 17.00)

http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/pelatihan-pemeriksaan-feses (Diakses pada 28 Maret
2011, Pukul 16.45)

Penetapan Kadar Sulfat Sebagai Barium Sulfat

Penetapan Kadar Sulfat Sebagai Barium Sulfat
Dengan Metode Kompleksometri Tidak Langsung

A. Dasar Teori
Dalam air alam banyak mengandung sulfat dengan kadar mulai dari beberapa mg sampai beberapa ribu mg/l, karana garam-garam natrium dan magnesium sulfat mempunyai daya katartika, maka kadarnya dalam air minum dibatasi sampai 400 mg/l.
Adanya zat organik dalam air akan
diuraikan oleh kuman tertentu menjadi sulfide, maka sampel harus disimpan pada suhu rendah atau diberi pengawet formaldehyde. Sulfit kemungkinan akan dioksidir oleh oksigen terlarut pada pH di atas 8, sehingga sampel yang mengandung sulfit pH nya harus dibuat kurang dari 8.
Penetapan kualitatif dengan cara masukkan sampel kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan asam klorida dan beberapa butir barium klorida, panaskan dan biarkan beberapa saat lebih kurang 30menit, jika terjadi endapan putih menunjukan sulfit positif. Atau dengan sampel ditampah larutan asam klorida dan larutan barium klorida akan terjadi endapan putih tambahkan aquaregia bila endapan putih tidak larut menunjukkan adanya sulfat.
Secara kuantitatif sulfat ditetapkan sebagai barium sulfat, metode ini terdiri dari menambahkan larutan barium klorida encer dengan perlahan-lahan kepada suatu larutan sulfat itu yang panas, yang sedikit diasamkan dengan asam klorida :
Ba2+ + SO42- BaSO4
Endapan disar ing, dicuci dengan air, dipijarkan dengan hati-hati sampai merah karena panas, dan ditimbang sebagai barium sulfat.Reaksi yang diandalkan oleh penetapan ini, nampak merupakan suatu reaksi yang sedehana, tetapi dalam kenyataannya terkena banyak sekali gangguan-gangguan yang mungkin, hasil0hasil yang memuaskan hanya dapat diperoleh jika kondisi-kondisi eksperimen dikendalikan dengan hati-hati.
Barium sulfat mempunyai keterlarutan dalam air kira-kira 3 mg dm-3 pada temperatur biasa. Keterlarutan ini bertambah, dengan adanya asam-asam mineral, karena terbentuknya ion hidrogen sulfat ( SO42- + H+ HSO4- ), begitulah, keterlarutannya pada temperatur kamar dengan adanya asam klorida 0,1 ; 0,5 ; 1,0 dan 2,0 M masing-masing adalah 10, 47, 87, dan 101 mg dm-3, tetapi keterlarutannya menjadi lebih kecil dengan adanya ion-ion barium yang cukup berlebih. Meskipun demikian, adalah biasa untuk melakukan pengendapan dalam larutan berlebih. Meskipun demikian, adalah biasa untuk melakukan pengendapan dalam larutan yang sedikit asam, untuk mencegah kemungkinan terbentuknya garam-garam barium dari anion-anion seperti kromat, karbonat, dan fosfat yang tak dapat larut dalam larutan-larutan netral, lagi pula endapan yang diperoleh demikian, terdiri dari kristal-kristal yang besar, sehingga lebih mudah disaring. Juga penting sekali untuk melakukan pengendapan pada temperatur titik-didih, karena keadaan lewat jenuh relatif kurang pada temperatur-temperatur yang lebih tinggi. Konsentrasi asam klorida, tentu saja di batasi karena dapat melarutkan barium sulfat itu, tetapi telah ditemukan bahwa konsentrasi 0,05 M akan memadai, keterlarutan, boleh diabaikan kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang paling cermat. ( vogel )


B. Metode
Penetapan kadar SO4⁼ dalam garam sulfat dibawah menggunakan metode kompleksometri tidak langsung dengan indikator EBT.

C. Prosedur Kerja

1. Pada larutan sulfat tambahkan larutan Barium klorida P. Terbentuk endapan putih yang praktis tidak larut dalam Asam klorida P. ( FI ed III )

2. Pada larutan Sulfat ditambahkan larutan Timbale asetat P berlebih, terbentuk endapan putih yang larut dalam larutan Amonium asetat P dan dalam larutan Natrium hidroksida P . ( FI ed III )

D. Prosedur Penetapan Kadar

1. Timbang teliti 2 gram sampel, larutkan dengan pelarut yang sesuai, masukan kedalam labu takar 250 ml, encerkan dengan air suling sampai tanda garis.
2. Ambil dengan pipet volumetris 10 ml larutan sampel masukan ke dalam becker glass 100 ml, asamkan dengan HCl 2 N sampai pH = 1. Panaskan sampai mendidih, kemudian ditambah 15 ml larutan BaCl2 0,1 N panas pelan-pelan sambil diaduk, panaskan terus dalam keadaan mendidih kira-kira 15 menit, kekurangan volume dapat ditambah dengan air suling, dinginkan dan saring secara kuantitatif
3. Endapan dalam kertas saring dipindahkan secara kuantitatif kedalam becker glass dengan bantuan air suling, kemudian tambahkan 35 ml larutan standar EDTA (dari buret) dan 10 ml NH4OH pekat, didihkan samoai melarut. Selama mendidih suasana larutan harus selalu alkalis
4. Larutan yang jernih didinginkan sampai suhu kamar, setelah dingin tambahkan 10 ml larutan buffer pH 10 dan indikator EBT.
5. Titrasi dengan larutan standar MgCl2 sampai terbentuk warna merah jelas.


E. Perhitungan
% SO4 = ( V x M ) EDTA – ( V x M ) MgCl2 x BM SO4⁼ x D x 100

DAFTAR PUSTAKA


Djulana, Sartono.1993.Penuntun Praktek Ilmu Kimia Analisa.DEPKES
PUSDIKNAKES:Jakarta

Boedirahardja, Partana.1999.Kimia Air. Staf pengajar Akademi Analis Kesehatan
Nasional Surakarta : Solo Baru

Hubungan hiperglikemi dengan infeksi Staphylococcus aureus pada penderita diabetes melitus

Pengaruh Hiperglikemi Terhadap Infeksi Staphylococcus aureus
pada Penderita Diabetes Melitus

BAB I
PENDAHULUAN

Adalah suatu kenyataan bahwa penderita diabetes melitus lebih sering mengalami infeksi baik oleh bakteri, jamur, maupun virus dibandingkan dengan populasi bukan diabetes . Penyebab dari kondisi ini belum jelas tetapi adalah suatu kenyataan bahwa pada kulit penderita diabetes melitus lebih banyak ditemukan bakteri Staphylococcus aureus, dan kandida lebih banyak ditemukan pada daerah mulut dan mukosa genital dibandingkan dengan mereka yang bukan penderita diabetes mellitus
Infeksi pada diabetes melitus khususnya pada mereka dengan kendali glikemik yang buruk, dan pada penderita usia lanjut sering mempunyai perlangsungan klinik yang berat, misalnya infeksi saluran nafas dan saluran kemih, sehingga membutuhkan perawatan rumah sakit dan penggunaan antibiotik yang spectrum luas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Staphylococcus aureus
Suatu kenyataan bahwa penderita diabetes melitus lebih sering mengalami infeksi baik oleh bakteri, jamur, maupun virus dibandingkan dengan populasi bukan diabetes . Penyebab dari kondisi ini belum jelas tetapi adalah suatu kenyataan bahwa pada kulit penderita diabetes melitus lebih banyak ditemukan bakteri Staphylococcus aureus, dan kandida lebih banyak ditemukan pada daerah mulut dan mukosa genital dibandingkan dengan mereka yang bukan penderita diabetes melitus .
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang umum dapat menyebabkan infeksi, yang terkenal sulit untuk dibasmi.
Nama "Staphylococcus" datang dari Yunani staphyle yang berarti seikat anggur dan kokkos berarti berry, dan itu adalah yang tampak dari Staphylococcus dibawah mikroskop, seperti seikat anggur atau berry-berry yang bulat kecil. (Dalam istilah-istilah teknik, ini adalah gram-positive, facultative anaerobic, biasanya unencapsulated cocci.)
Lebih dari 30 tipe-tipe yang berbeda dari Staphylococci dapat menginfeksi manusia-manusia, namun kebanyakan infeksi-infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Staphylococci dapat ditemukan normalnya dalam hidung dan pada kulit (dan kurang umum pada lokasi-lokasi lain) dari 20%-30% dari kaum dewasa yang sehat. Pada kebanyakan dari kasus-kasus, bakteri-bakteri tidak menyebabkan penyakit. Bagaimanapun,kerusakan pada kulit atau luka lain mungkin mengizinkan bakteri-bakteri untuk mengatasi mekanisme-mekanisme pelindung alamiah dari tubuh, menjurus pada infeksi
Siapa saja dapat terserang infeksi Staphylococcus, meskipun kelompok-kelompok tertentu dari orang-orang berisiko lebih besar, termasuk bayi-bayi yang baru dilahirkan, wanita-wanita yang menyusui, dan orang-orang dengan kondisi-kondisi kronis seperti diabetes, kanker, penyakit vaskular, dan penyakit paru. Pemakai-pemakai obat suntikan , mereka yang dengan luka-luka atau penyakit-penyakit kulit, kateter-kateter intravena, sayatan-sayatan operasi, dan mereka yang dengan sistim imun yang melemah semuanya mempunyai risiko yang meningkat mengembangkan infeksi-infeksi Staphylococcus.

B. Mekanisme infeksi Staphylococcus aureus
Mekanisme infeksi yang terjadi akibat jenis bakteri ini adalah terbentuknya selubung berwarna keemasan yang disebut staphyloxanthin yang melindungi bakteri tersebut dari sistem imun manusia.

Infeksi pada diabetes melitus khususnya pada mereka dengan kendali glikemik yang buruk, dan pada penderita usia lanjut sering mempunyai perlangsungan klinik yang berat, misalnya infeksi saluran nafas dan saluran kemih, sehingga membutuhkan perawatan rumah sakit dan penggunaan antibiotik yang spectrum luas.
Penyebab kerentanan dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi pada diabetes melitus disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial), baik yang disebabkan oleh hiperglikemi maupun gangguan immunitas. Salah satu bukti bahwa hiperglikemi sebagai salah satu penyebab rentannya infeksi pada diabetes melitus ialah pada penderita dengan ketoasidosis dimana ditemukan hiperglikemi berat sering ditemukan komplikasi infeksi. Beberapa hal dapat menerangkan hiperglikemi sebagai penyebab kerentanan infeksi pada diabetes melitus, yaitu :

1. Pembawa bakteri
Penderita diabetes melitus ternyata lebih banyak bakteri, jamur yang mengidap di tubuhnya. Sebagai contoh penderita diabetes melitus khususnya wanita sering disertai dengan infeksi jamur pada alat genitalia. Penderita dengan kendali glikemik yang buruk sering dengan infeksi pada gigi dan mulut. Pada keadaan hiperglikemi bakteri gram positif akan lebih subur tumbuhnya, sedang gram negatif kurang



2. Gangguan fungsi sel neutrofil dan monosit
Hiperglikemi dapat mengakibatkan gangguan fungsi neutrofil dan monosit.
Gangguannya dapat berupa :



a. Pergerakan
Neutrofil dan monosit pada diabetes melitus terutama pada keadaan hiperglikemi mempunyai pergerakan yang lebih lambat. Beberapa peneliti bahkan menyebut bahwa pada penderita diabetes melitus terlepas dari hiperglikemi atau tidak,sel neutrofil dan monosit berperilaku malas dan disebut “lazy leucocyte disorder” .

b. Kemampuan melengket menurun
Hiperglikemi juga menyebabkan menurunnya kemampuan melengketnya neutrofil dan monosit dengan demikian akan mengurangi daya kerja kerja sel tersebut.

c. Kemampuan fagositosis menurun

d. Menurunnya kemampuan membunuh bakteri (killing).
Setelah neutrofil menangkap bakteri (setelah proses fagositosis) maka bakteri akan dibunuh. Proses pembunuhan bakteri (killing proses) terjadi pada keadaan oksidatif dan non-oksidatif. Pada awal proses pembunuhan bakteri selalu dimulai dengan tahap oksidatif dan menggunakan radikal bebas toksik (toxic free radicals) seperti superoksida, hydrogen peroksida. Dalam keadaan normal glukosa yang masuk ke dalam sel neutrofil akan dimetabolisme melalui hexose monomonophosphate shunt (HMP shunt). Proses HMP-shunt ini akan menghasilkan NADPH yang dibutuhkan untuk menghasilkan radikal bebas superoksida dan hidrogen peroksida yang dibutuhkan pada proses membunuhbakteri. Pada keadaan hiperglikemi maka sebagian dari glukosa akan dimetabolisme melalui jalur polyol (polyol pathway). Enzim aldose reduktase yang berperan pada jalur polyol akan menggunakan NADPH, dengan demikan produksi superoksida dan hydrogen peroksida akan menurun dan berakibat menurunnya proses pembunuhan bakteri.




C. Klasifikasi kelainan kaki pada penderita diabetes melitus
Kelainan kaki pada diabetes dapat disebabkan oleh infeksi, neuropati (penurunan fungsi saraf), iskemia/hipoksemia (kekurangan oksigen), atau kombinasi antara ketiganya. Pembedaan keempat penyebab tersebut penting untuk menyesuaikan langkah pengobatan. Pada umur muda faktor iskemia belum banyak peranan; sebaliknya pada umur tua lebih sering ditemukan penyebab kombinasi, khususnya iskemi dan infeksi; sehingga prognosis akan lebih buruk. Hampir dapat dipastikan bahwa amputasi pada umur tua selalu disebabkan oleh diabetes mellitus.

1. Sebab infeksi
Oksigenasi jaringan yang buruk akibat iskemia mengurangi respons imun jaringan sehingga bakteri lebih mudah berkembang.

2. Sebab neuropati
Diabetik neuropati ditandai dengan gangguan fungsi sensorik, yaitu hilangnya persepsi raba dan vibrasi pada permukaan kulit. Selain itu ada kelemahan otot-otot intrinsik kaki sehingga ibu jari kaki mengalami dislokasi ke dorsal (pergeseran ke arah punggung kaki). Berat badan tertumpu pada ibu jari sehingga lama kelamaan akan terbentuk kalus. Kalus yang pecah-pecah merupakan tempat berkembang biaknya bakteri (umumnya Staphylococcus) yang lama kelamaan berkembang menjadi ;pulkus yang tidak nyeri. Infeksi dapat tembus ke dalam tulang dan terjadilah osteomielitis. Proses yang sama dapat mengenai sendi-sendi tarsal dan memberikan deformitas yang khas yaitu charcot arthropathy.



D. Identifikasi Staphylococcus aureus
a. Bahan Pemeriksaan:
1) Klinis ; Pus/nanah hijau, hapus luka.
2) Makanan ; Bahan makanan suspek penyebab racun.

b. Skema Pemeriksaan:
1) Hari Pertama
a) Pemeriksaan mikroskopik : dilakukan pewarnaan metode Gram.


Hasil Pemeriksaan :
(1) Bentuknya Coccus/bulat
(2) Ukurannya berdiameter 0,8-1 um
(3) Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol seperti buah anggur
b) Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan di isolasi dalam media dan di inkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
(1) Biakan pada Agar Darah
(2) Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar)
(3) Biakan pada TSB (Trypticase Soy Broth/Kaldu trypticase & pepton)

2) Hari Kedua
a) Pengamatan koloni pada media:
(1) Media Agar Darah: Koloni berwarna kuning keemasan, halus, licin & berpigmen.


(2) Media MSA : Koloni berwarna kuning, bersifat manitol fermenter,


(3) Media TSB : Bakteri tumbuh dan membuat larutan media keruh homogen.

Koloni yang tumbuh pada Agar darah dipilih sesuai kriteria dan dibuat subkultur pada agar darah untuk mendapat koloni bakteri yang murni.

3) Hari Ketiga
Koloni pada subkultur di lakukan uji biokimia, uji serologi & uji sensitivitas.
a) Uji Biokimia: Bakteri di isolasi kedalam media bontrey panjang.
b) Uji Serologi: CPT (Coagulation Plasma Test), 1 ose koloni + 1 ose plasma sitrat, campurkan, amati dalam 2 menit. Hasil positif dengan indikasi cairan jernih dengan terbentuknya butiran-butiran halus.
c) Uji Sensitivitas: metode cakram Kirby Bauer menggunakan media Muller Hinton agar. Antibiotik yang digunakan adalah Novobiocin 30.



4) Hari Keempat
Amati hasil inkubasi bontrey panjang untuk uji biokimia dan media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas.
a) Uji Biokimia : Glukosa (+) dan Manitol (+)
b) Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
(1) sensitif : > 16mm
(2) intermediet : > 13-15mm
(3) resisten : > 13mm








BAB III
KESIMPULAN
Staphylococcus sebenarnya adalah flora normal pada kulit manusia tetapi jika kuman tersebut menginfeksi luka pada manusia dengan imunitas yang kurang baik khususnya keadaan hiperglikemi pada penderita diabetes melitus maka infeksi tersebut akan sukar disembuhkan karena Staphylococcus itu sendiri sudah resisten terhadap beberapa antibiotik yang sebelumnya sensitif terhadap kuman tersebut. Untuk kepentingan diagnosa kuman itu sendiri perlu dilakukan isolasi dan identifikasi dengan media serta prosedur yang tepat agar didapatkan hasil yang akurat.Oleh karena hal tersebut penting untuk memperhatikan tentang pengendalian hiperglikemi agar lebih mudah dilakukan suatu pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Gillespie, Stephen dan Kathleen Bamford.2009.At a Glance Mikrobilogi Medis dan Infeksi Edisi Ketiga.Jakarta:Erlangga Medical Series

Schoenbaum S.C. Infection in Diabetes. In Clinical Diabetes Mellitus, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1982, 327 – 32.